Rabu, 21 Oktober 2015

Tahfidz Bukan Sekedar Menghafalkan Bacaan

Beberapa hari lalu di salah satu TPQ di kampung, kami mengadakan evaluasi tahfidz untuk Juzz 1 yang diikuti oleh santri yang telah lancar membaca Al qur'an. Tenggang waktu para santri menghafal selama satu minggu, dengan setiap harinya adalah 5 ayat, waktu evaluasinya kami adakan setiap malam ahad ba'da magrib. Pada minggu ini kami memberikan tugas untuk menghafal sampai ayat 30 pada juzz 1. Sempat terjadi tawar menawar jumlah ayat yang akan dihafalkan, namun kami tetapkan saja minimal sampai ayat 30, boleh lebih. Protes dari para santri tak membuat kami surut untuk memfokuskan mereka menghafal.

Evaluasi malam itu kami mulai dengan sama-sama mengulang dari awal sampai ayat 30, sementara mereka mengulang saya menyiapkan papan dan menulis keterangan proses penilaian yang akan kami lakukan, yang terdiri dari nama, jumlah ayat, 2 pertanyaan jika tidak dapat menghafal sampai ayat 30, kesalahan dalam hafalan, dan terakhir nilai dalam bentuk huruf. Santri pertama yang menghafal tak sampai ayat 10 sudah kebingungan lanjutan ayatnya walaupun saya bacakan ayat awalnya, pertanyaan pun tidak ada yang dapat dilanjutkan, penilaian tidak saya tuliskan. lalu dilanjutkan dengan santri ke-2 hanya hafal sampai ayat ke-14, pertanyaan hanya 1 dapat dilanjutkan dari ayat yang saya bacakan, nilainya pun saya tulis C.

Dari total 10 santri yang hadir untuk setor hafalan pada malam itu, ada 3 orang yang dapat menghafalkan sampai ayat 30. santriwati yang masih duduk di bangku kelas 1 MTs. tsb lancar sampai ayat 14, lalu saya bacakn satu kata awalnya dan dilanjutkan dengan lancar pula, namun kesalahan kata pada lanjutan ayat tetap saya hitung sebagai sebuah kesalahan. meskipun dia hafal sampai ayat 30 namun total kesalahan pada bacaannya yaitu 6 point, saya pun memuji dan memberikan semangat atas komitmennya menghafal, nilai saya tuliskan B+. selanjutnya yang hafal sampai ayat 30 ada santriwan yg duduk di bangku kelas 2 MTs., hafalannya pun tidak jauh beda dengan yang tadi, namun total kesalahan bacaannya 13 point, nilai saya tuliskan C+. Santriwati selanjutnya yang hafal sampai ayat 30 total kesalahannya 9 point, nilai yang saya berikan B.

Karena waktu yang kami targetkan sampai adzan isya berkumandang, dan azan isya telah lama dikumandangkan, bahkan jamaah di masjid hampir selesai, akhirnya saya putuskan 4 santri yang tersisa untuk mengahafal sampai ayat 15 dan dilanjutkan degan 4 pertanyaan untuk melanjutkan ayat. Pada proses menghafal dengan melanjutkan ayat ini ada 2 santri yang ketika saya tanyakan apakah hafalan mereka sudah sampai ayat 30, mereka menjawab Insyaallah, pada kolom jumlah ayat tsb saya tambahkan huruf I yang berarti insyaallah. Pertanyaan pun dilanjutkan, santriwati pertama pada proses kedua ini mampu melanjutkan ayat dari 4 pertanyaan yang saya ajukan, namun kesalahan pada bacaan ada 3 point, nilai saya tuliskan A. Santriwati selanjutnya pada proses kedua ini pun tak jauh beda, kesalahan bacaannya ada 4 point, nilai saya tuliskan A juga.

Melihat dua santri dengan proses berbeda dari cara evaluasi mereka, 3 santri yang mendapat B+, C+ dan B tadi langsung saja mengajukan protes tentang sistem penilaian yang saya berikan, Namun karena masih ada 2 santri yang belum mendapat giliran, proses setor hafalan saya lanjutkan, dan coba menenangkan protes mereka, dan 2 santri terakhir tsb ternyata tidak hafal sampai ayat 30 walaupun sudah saya bacakan awalnya, nilai mereka saya tulis c. Setelah semua santri selesai evaluasi hafalan, santri yang tadi kembali mengajukan protes tentang sistem penilaian, mereka beralasan proses hafalan dengan sistem pertanyaan tadi dirasa tidak fair sedangkan mereka telah capek-capek menghafal dari awal, nilaipun lebih banyak didapatkan mereka yang menggunakan pertanyaan. Dalam hati saya juga merasa seperti itu, apakah saya cukup adil dalam menilai.

Alasan pertama saya kemukakan tentang perbedaan nilai tersebut karena frekuensi kesalahan bacaan mereka yang menjadi patokan saya untuk mengakumulasi nilai akhir mereka, lalu alasan masalah jumlah ayat yang mereka hafal antara yang menghafal dari ayat 1-30 dengan mereka yang menghafal sampai ayat 15 tapi ditambah empat pertanyaan untuk melanjutkan ayat, pada pertanyaan tersebut ayat yang saya minta untuk dilanjutkan bacaannya yaitu melebihi ayat 30 yang ditargetkan dan mereka mampu melanjutkannya, maka saya menyimpulkan mereka hafal sampai ayat 30. Namun Alasan tersebut tampaknya belum cukup memuaskan terkait perbedaan nilai antara mereka yang mendapat nilai B+ melaui proses menghafal dari ayat 1-30, dengan mereka yang menghafal sampai ayat 15.

Saya lanjutkan memberikan support bahwa yang menghafal penuh dari ayat 1-30 mendapatkan nilai plus yang saya tuliskan (E) yang bermakna Excelent untuk 3 santri yang protes tadi, dengan nilai plus tersebut barulah mereka semangat lagi dengan nilai yang sudah ada. Namun dalam hati saya sendiri juga masih berpikir, benarkah penilaian yang saya berikan seperti ini yang ujung-ujungnya membuat mereka menghafal hanya untuk tinggi-tinggian nilai dan berkompetisi sekedar mencari gengsi dengan banyak-banyakan hafalan sementara makna satu ayatpun belum sempurna dipahami, termasuk saya juga.

Setelah shalat isya kembali lagi saya tegaskan bahwa proses menghafal seperti ini jangan sekali-kali membuat mereka ria' dengan menceritakan hafalan-hafalan mereka kepada orang lain, lalu dengan nilai yang saya berikan jangan sampai itu menjadi tujuan utama menghafal, karena itu bisa saja sebuah penilaian objektif yang mengandung subjektivitas yang tidak saya sadari ketika menyimak ataupun memberikan pertanyaan untuk melanjutkan ayat. Setidaknya semangat mereka untuk menghafal sudah kami sama-sama tanamkan bukan sekedar mencari gengsi atau mengikuti mainstream publik yang menjadikan tahfidz sebagai legitimasi untuk menjaring persepsi masyarakat supaya memandang mereka sebagai yang terbaik, namun penilaian yang sesungguhnya kami serahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa. Suatu saat saya berjanji pada diri sendiri untuk memahami dan membahas ayat-ayat tersebut lebih dalam, baik melalui studi literatur yang sudah ada ataupun mengundang ahli pada bidang tafsir, sehingga nilai-nilai dalam Al Qur'an benar-benar mampu kami serap untuk diamalkan.

Saya jelaskan terkait protes yang tadi untuk selanjutnya akan saya usahakan untuk memberikan evaluasi yang sama bagi semua santri sehingga tidak ada lagi kecemburuan dengan penilaian yang saya berikan, namun tetap memperhatikan esensi bacaan dan frekuensi salah baca maupun salah kata yang mereka lanjutkan, kami niatkan ini sebagai awal untuk membina generasi-generasi Qur'ani yang berkomitmen dan memiliki integritas untuk progresifnya intelektualitas keagamaan generasi kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sunyi Si Pendidik

sumber :digaleri.com Baim Lc*  Dia tertegun, matanya tertuju pada amplop yang dibagikan oleh pihak komite tadi pagi. Nominal ya...