Rabu, 21 Oktober 2015

Meninjau Komitmen Pemerintah dalam Mendukung Ekonomi Kreatif

Meninjau Komitmen Pemerintah dalam Mendukung Ekonomi Kreatif
Sejak awal terbentuknya kelompok pemuda di kampung kami, sudah beberapa proposal permohonan kerja sama maupun permohonan bantuan dana telah kami layangkan berharap ada lirikan dari pihak Pemda untuk menindak lanjuti program yang kami usung baik dalam bentuk bantuan dana, maupun penyediaan bahan atau alat yang kami harapkan. Lalu ada yang menyarankan untuk mengajukan proposal dengan meminta rekomendasi dari anggota dewan melalui dana aspirasi dewan dengan sistem berbagi persenan sesuai perjanjian jika dananya sudah keluar.

Rekomendasi pun kami dapatkan dari anggota dewan yang berasal dari Lombok Timur, karena sebenarnya dia juga yang menyarankan untuk membentuk usaha kreatif pemuda di kampung kami. Berbekal uang patungan kami pun membuat stempel dan membuka rekening baru untuk 2 buah proposal yang akan kami ajukan. Proposal telah terkirim dan kami menunggu, bagaikan nelayan yang telah menebar jaring menunggu hasil.

Sembari berharap menunggu dana tembus, komunitas pemuda yang kami gagas ini pun mencoba membuka usaha kecil-kecilan sebagai awal, seperti berjualan pulsa, jualan bensin dan program-program pembinaan seperti pendidikan, olahraga dan kepemudaan. Seiring lama berjalannya waktu usaha tersebut tidak berjalan dengan baik, sementara dana yang kami harapkan tak kunjung datang, satu persatu anggota komunitas pemuda kami beranjak mengadu nasib, merantau ke luar daerah, ada juga yang menjadi TKI ke negara tetangga dengan harapan mencari kehidupan yang lebih baik untuk ke depannya, namun untuk tetap mengeksiskan komunitas ini, program-program pendidikan kami usahakan untuk tetap berjalan.

Setelah pengajuan proposal yang pertama tidak jelas kabarnya, kembali kami mengajukan proposal melalui anggota dewan yang lain dengan janji secepatnya dana akan keluar, pada pengajuan kedua ini kami diminta untuk tidak melampirkan rekening komunitas dengan alasan mungkin saja akan diberikan secara tunai. Kami pun menunggu lagi masih dengan harapan yang sama meskipun beberapa anggota banyak yang telah pergi merantau. Proposal kedua ini pun mengalami nasib yang sama, tanpa kabar dan tindak lanjut pemberitahuan, apa yang mesti kami perbaiki dari usulan proposal kami agar mendapatkan perhatian dari pihak Pemda.

Namun kami tidak putus asa setelah keduanya tak mendatangkan hasil, walaupun satu persatu juga anggota komunitas kami direkrut menjadi penjaga (Red : karyawan) untuk usaha-usaha kolektif maupun pribadi yang dibuka orang lain. Usulan selanjutnya kami mengajukan proposal melalui lembaga milik yayasan yang menjadi pengusung terpilihnya kepala Pemda saat ini, informan kami menyarankan untuk mengusung nama yayasan tersebut sebagai tempat bernaung karena pengajuan ini diprioritaskan untuk komunitas/kelompok yang bernaung di bawah yayasan **, kami pun mengiyakan untuk mengusung nama yayasan dan satu tambahan lagi proposal program pada pengajuan ini yaitu program Rumah Belajar dan Taman Baca.

Namun sayangnya, beberapa hari setelahnya, proposal tersebut dikembalikan dengan catatan hal-hal yang tidak substansial untuk perbaikan yang salah satunya diminta untuk menaruh tanggalan Hijriyah dahulu baru diikuti tanggalan Masehi, dan yang lainnya berkaitan dengan tanda tangan yang harus mengetahui kepala desa, karena memang pada proposal tersebut kami mengusung pejabat yang mengetahui yaitu kepala dusun. perbaikan pun selesai, proposal kami antar kembali melalui anggota dari lembaga milik yayasan tadi.

Beberapa hari setelahnya kami kembali mendapatkan kekecewaan, proposal perbaikan yang kami ajukan melalui lembaga yayasan ini dikembalikan lagi, dan setelah ini saya selaku ketua tak menghiraukan lagi perbaikan yang diminta, harapan untuk mendapatkan dana dari Pemda saya pikir ibarat mendulang air dengan ayakan. Keseriusan pihak Pemda untuk membantu program-program pemuda hanyalah hegemoni semu yang digulirkan supaya masyarakat menilai bahwa mereka peduli terhadap progresifitas pemuda, namun kecewanya saya dengan asumsi pribadi karena memang kami mengusung pluralitas pada program-program kami dan tidak terlalu moderatisasi yayasan, lalu Proposal yang kami ajukan tak pernah ada tindak lanjut, sementara yang mengajukan di bawah naungan yayasan milik kepala Pemda kadang mulus saja, meski itu dengan jumlah bantuan mencapai miliaran.

Komitmen pihak Pemda untuk menumbuh kembangkan ekonomi kreatif masyarakat perlu dikritisi bersama, jangan sampai APBD yang ada hanya digunakan untuk membiayai perjalanan wisata pejabat daerah, atau hanya untuk disimpan sehingga memberi peluang untuk dikorupsi oknum-oknum haus kekayaan atau untuk membiayai satu mega proyek yang sekiranya menguras APBD, sementara masyarakat kita tetap sebagai pekerja keras, bahkan sampai matipun keadaan tetap-tetap saja tanpa ada perubahan.

Kehidupan semakin keras, lapangan kerja semakin menyusut, jikapun ada kebanyakan berada di pusat perkotaan yang membuat warga desa semakin berduyun-duyun meninggalkan desa, padahal seharusnya desa atau warganya perlu mendapatkan pembinaan yang berprospek untuk kemajuan dan kesejahteraan warga, khususnya dengan ekonomi-ekonomi kreatif yang sudah semestinya mendapat perhatian dari Pemerintah, sehingga desa tetap makmur, angka kriminalitas menurun, yang nantinya berimplikasi juga pada tingkat pendidikan/intelektualitas warga desa, khususnya generasi muda sebagai SDM untuk ke depannya yang lebih maju. Melalui stimulasi dana bantuan yang digulirkan Pemerintah setidaknya akan ada program Pemuda yang dapat berjalan seperti harapan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sunyi Si Pendidik

sumber :digaleri.com Baim Lc*  Dia tertegun, matanya tertuju pada amplop yang dibagikan oleh pihak komite tadi pagi. Nominal ya...