Rabu, 21 Oktober 2015

Nilai Solidaritas dalam Menyambut Calon Haji

Ibadah Haji merupakan ibadah sebagai penyempurna keislaman hamba yang benar-benar berserah diri kepada Tuhan. Maka pantas saja salah satu syarat dari ibadah Haji yaitu mampu. Berbicara tentang konsep mampu dalam tataran masyarakat kita di Lombok (Lombok Timur), hal yang pertama berkaitan pasti mampu secara ekonomi, karena memang biaya untuk pelaksanaan Haji dapat dikatakan cukup besar bagi kami yang sehari-hari biasa hidup di kalangan menengah ke bawah. Lalu yang tak kalah pentingnya yaitu mampu secara mental, mental yang benar-benar ingin menyempurnakan Rukun islam melalui ibadah Haji, karena Haji itu ibadah yang dilakukan dengan melakukan perjalanan panjang ke tanah suci Makkah dan tempat-tempat bersejarah dalam Islam lainnya, jadi kesiapan mental dan semangat untuk mendapatkan Ridha Tuhan harus benar-benar dipersiapkan dari awal.

Selain itu paradigma yang tertanam dalam masyarakat Lombok bahwa melaksanakan Haji sebagai panggilan resmi dari Allah SWT untuk berkunjung ke Baitullah. Banyak orang yang mempunyai kelebihan harta tetapi belum dapat melaksanakan ibadah Haji, persepsi masyarakat kita merujuk karena mereka belum mendapatkan panggilan dari Tuhan untuk berhaji. Lebih-lebih di saat sekarang kuota haji yang dari Indonesia mendapatkan pengurangan dari pihak pemerintah Arab Saudi, jadi jika ingin melaksanakan ibadah Haji harus menunggu 10 sampai 12 tahun untuk dapat berangkat. Akan tetapi lamanya menunggu, tingginya biaya penyelenggaraan ibadah haji tak melemahkan semangat masyarakat kita untuk tetap mendaftarkan diri menjadi calon jamaah haji. Banyak kisah yang membuktikan bahwa haji itu merupakan benar-benar panggilan dari Allah SWT untuk para tamu-Nya. Beberapa waktu lalu jamaah yang sudah mengantri sekitar 5 tahun dan tepat pada tahun ke-enam namanya keluar sebagai calon jamaah haji telah mempersiapkan segala sesuatunya lebih awal, namun pas akan berangkat ke Arab Saudi diberitakan bahwa visanya tidak keluar yang menyebabkan tertundanya pemberangkatan, hal seperti itu sebagai cobaan berat bagi calon jamaah haji, bahkan ada yang sampai stress hilang akal.

Di Lombok (sekali lagi tepatnya di Lombok Timur) tradisi masyarakat kita untuk menyambut keberangkatan calon jamaah haji cukup beragam. Di Lombok Timur misalnya, sebelum memasuki bulan Ramadhan warga sudah beramai-ramai ikut membantu mengumpulkan kayu bakar persiapan untuk acara syukuran atau begawe pada hari yang telah ditentukan atau istilahnya mbau kayuq, sebenarnya acara mbau kayuq ini juga biasa dilaksanakan tiap ada orang yang akan melaksanakan begawe, baik itu acara pernikahan, khitanan, aqiqah ( molang maliq), peringatan 9 hari kematian dan lainnya. Namun berbeda dengan penyambutan keberangkatan calon jamaah haji ini, mbau kayuq tersebut sebagai pertanda awal, masih banyak tahapan acara yang lain yang akan dilaksanakan sampai menjelang tibanya keberangkatan calon Haji. Lalu 4 atau 5 hari setelah Ramadhan warga kembali diberitahukan melalui pengumuman dengan pengeras suara dari masjid pada hari yang telah ditentukan, warga diminta berkumpul untuk pembuatan ketaring (teratak) sebagai peneduh di sekitar rumah calon haji dan berbagai macam hiasan bernuansa islami pertanda akan berangkat haji salah satu dari warga di masyarakat tersebut. Bahkan dengan kecanggihan teknologi saat ini rata-rata calon jamaah haji memajang baliho/spanduk beserta fotonya disertai kata-kata doa untuk mendapatkan haji mabrur.



Setelah pembuatan teratak di rumah calon haji sudah selesai, kembali lagi dari pengeras suara di masjid warga diberitahukan pelaksanaan acara ziarah maqam bersama calon haji akan dilaksanakan pada hari yang telah ditentukan, biasanya 1 atau 2 minggu setelah pembuatan teratak tadi, tergantung hari baik menurut pertimbangan dari orang yang mempunyai kelebihan untuk melihat pertimbangan hari-hari pelaksanaan acara, istilahnya disebut diwase jelo. Hal yang menarik dari pelaksanaan ziarah maqam ini, di samping sebagai acara syukuran untuk berdoa mengunjungi maqam-maqam Auliya' - Alim yang tersebar letaknya di sekitaran Lombok, juga merupakan acara rekreasi keagamaan bagi warga yang ikut, karena biasanya konsumsi untuk warga yang ikut telah disediakan oleh calon haji. Maka tak jarang ketika acara ziarah maqam bersama calon haji di kampung selalu ramai yang mengikuti, bahkan tokoh-tokoh agama dari kampung tetangga juga diundang untuk ikut memberikan doa pada acara ziarah maqam ini.

Acara ziarah ke maqam para alim ulama' yang ada di Lombok ini dihajatkan sebagai pelatihan bagi calon jamaah haji. Memang Ibadah haji secara substansial pelaksanaannya berisi ziarah atau berkunjung ke tempat-tempat bersejarah dalam agama islam, maka melalui ziarah maqam sebelum keberangkatan, calon haji mendapatkan pembelajaran dari rumah sebelum berziarah ke tempat-tempat bersejarah sesuai tuntunan pelaksanaan haji. Maqam-maqam yang diziarahi calon haji ini pun beragam, seperti yang kita ketahui di Lombok terdapat berbagai organisasi islam, dan tiap organisasi itu pasti memiliki Tuan Guru yang ditokohkan sebagai pendiri atau pengelola Yayasan, maqam Tuan Guru inilah yang diziarahi oleh calon haji untuk memanjatkan doa keselamatan dan keberkahan sebelum berangkat melaksanakan ibadah haji.

Selain maqam-maqam Tuan Guru pendiri Yayasan, banyak pula maqam Tuan Guru atau maqam tokoh-tokoh yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di tanah Lombok yang diziarahi calon haji, namun tetap mendahulukan ziarah ke maqam Tuan Guru pendiri Yayasan atau organisasi Islam yang calon haji masuk sebagai anggota di dalamnya atau tergantung kedekatan lokasi maqam tersebut dari rumah calon haji. Misalnya, Calon Haji Lombok Timur dari Ormas Nahdhatul Wathan ketika melakukan Ziarah, maqam yang pertama kali diziarahi maqam Tuan Guru Kiyai Haji M. Zainuddin Abd. Majid (Hamzanwadi) di Pancor, karena seperti yang kita tahu beliau cukup besar jasanya menyebarkan Islam di tanah Lombok melalui pendidikan dengan sistem Pondok Pesantren dan Halaqah-halaqah agama. Beliau juga termasuk pejuang Kemerdekaan Negara Indonesia dari Lombok, serta pernah terlibat langsung dalam peperangan mengusir tentara NICA di Selong (dalam buku Biografi Maulanasyaikh TGKH. M. Zainuddin Abd. Majid karangan H. Hayyi Nu'man).

Setelah Selesai berdoa di Maqam Hamzanwadi dilanjutkan dengan berziarah ke maqam Raja-raja Selaparang di Selaparang kecamatan Suela Lombok Timur. Kerajaan Selaparang merupakan Kerajaan Islam yang pernah berdiri di Lombok jauh sebelum kedatangan penjajah ke Nusantara. Di maqam Selaparang ini bentuk maqam tersusun rapi dari bebatuan yang sudah melekat dan tampak alami tanpa sentuhan teknologi bahan bangunan seperti sekarang. Maqam-maqam bersejarah lainnya yang masih berada di kawasan Lombok Timur yang biasa diziarahi calon haji yaitu maqam TGH. Saleh Sungkar, Maqam Tuan Guru Ahmad Tretetet dan lainnya. Usai dari maqam-maqam yang berada di kawasan Lombok Timur barulah beranjak ke maqam-maqam bersejarah lainnya, di Lombok Tengah misalnya, ada maqam Tuan Guru Haji Lopan, lalu dilanjutkan ke maqam loang baloq di Tanjung Karang dan terakhir ke maqam batu layar di kawasan batu Layar Lombok barat. Pada maqam yang terakhir ini biasanya dilanjutkan dengan rekreasi ke pantai senggigi menikmati bekal yang dibawa dari rumah, maka tak heran perjalanan satu hari penuh untuk berziarah itu menjadi momen besar bagi calon haji. Bahkan ada yang lebih antusias lagi tak cukup dengan maqam yang ada di kawasan Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, calon haji kadang mengundang tokoh-tokoh agama dengan rombongan kecil bersama keluarga berziarah ke maqam-maqam bersejarah lainnya yang tak sempat dilakukan pada saat rombongan besar, seperti maqam-maqam yang ada di bagian Jerowaru, Pujut lalu terakhir ke maqam Masjid Kuno yang ada di bayan.


Selanjutnya calon Haji yang dari Organisasi islam Maraqitta'limat, maqam yang pertama diziarahi yaitu maqam TGH. Zainuddin Arsyad sebagai pendiri Yayasan Maraqitta'limat yang terletak di Pekuburan Umum Mamben Lauk, Yayasan Maraqitta'limat ini juga sudah berusia cukup tua sebagai organisasi Islam di Lombok yang berpusat di Mamben Lauk. Setelah selesai berdoa di maqam yang ada di mamben lauk, ziarah dilanjutkan ke maqam raja-raja selaparang, maqam TGH. Saleh Sungkar, barulah beranjak ke maqam-maqam yang lain seperti yang dilakukan calon Haji dari organisasi Nahdhatul Wathan di atas.

Adapun calon haji dari organisasi Islam Al Mukhtariyah Al islamiyah, maqam pertama yang diziarahi yaitu maqam TGH. Afifuddin Adnan sebagai pendiri, lokasi maqam ini juga terletak di Mamben lauk, Pusat Yayasan ini pun berada di Mamben lauk juga. Setelah usai berdoa di maqam pendiri yayasan ini, lazimnya ziarah dilanjutkan ke maqam TGKH. M. Zainuddin Abd. Majid di Pancor, karena awalnya pendiri yayasan ini merupakan saudara angkat dari Maulanasyaikh. TGKH. M. Zainuddin Abd. Majid, Pendiri yayasan ini pun dikabarkan pernah belajar pada Maulanasyaikh. Selanjutnya Ziarah dilanjutkan ke maqam-maqam bersejarah lainnya seperti yang dilakukan organisasi islam yang di atas.

Begitu pula dengan organisasi islam Nahdhatul Ulama yang ada di Lombok Timur, maqam-maqam yang diziarahi juga tak jauh beda, maqam yang pertama diziarahi biasanya maqam Hamzanwadi di Pancor barulah beranjak ke maqam-maqam yang lainnya. Karena awal terbentuknya Nahdhatul Wathan mengadopsi semangat perjuangan dari Ormas Nahdhatul Ulama, tak heran Nahdhatul Ulama yang berpusat di Jawa memiliki banyak kesamaan dalam hal Fiqhiyah dengan Nahdhatul Wathan yang berpusat di Lombok.

Beragamnya organisasi massa Islam yang berkembang di masyarakat lantas tidak langsung menyebabkan perpecahan atau renggangnya ukhuwah dalam kehidupan sosial di masyarakat, namun itu dijadikan sebagai ajang untuk fastabiqul khairat karena semua organisasi Islam ini memotivasi untuk selalu beramar ma'ruf dan nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam perkembangannya selalu berinovasi dalam upaya memajukan semangat kebaikan. Acara ziarah maqam ini juga merupakan sarana pemersatu masyarakat yang beragam tadi, dalam satu kampung misalnya ada salah satu calon haji dari beberapa organisasi tadi, maka yang mengikuti ziarah maqam bukan hanya yang dari simpatisan organisasi yang dimasuki calon haji tadi,  akan tetapi semua warga di kampung tersebut yang mempunyai kesempatan untuk ikut akan disambut baik atas kehadirannya ikut mendoakan calon haji.

Acara ziarah maqam calon haji ini bisa dikatakan rekreasi atau wisata Syariah masyarakat yang mengharap dapat imbas berkesempatan seperti calon haji mendapat panggilan Allah SWT. Sugesti masyarakat kita yang tetap tertanam semangat fastabiqul khairat ( berlomba-lomba dalam kebaikan) salah satunya melalui ziarah ke maqam-maqam bersejarah para alim ulama' dan peninggalan budaya Islam yang terdahulu, sebagai bentuk masih melekatnya budaya Islam dalam masyarakat kita,  di tengah maraknya budaya barat/budaya glamour yang merambah ke masyarakat kita saat ini.

Ziarah maqam ini merupakan tradisi turun temurun bernilai ibadah, walaupun sebagian aliran Madzhab mengatakan tidak boleh bertawassul (berdoa melalui perantara) di maqam-maqam para Ulama, Ulama fiqh dalam Mazhab Syafii yang dikuti rata-rata organisasi islam di Nusantara mengatakan itu hal yang dibolehkan berdoa mengunjungi maqam para alim-ulama untuk mendoakan mereka lebih-lebih mendoakan diri sendiri dan para jamaah yang ikut berziarah. Di samping itu ziarah ke maqam-maqam bersejarah tersebut sebagai bentuk pelestarian peninggalan budaya dahulu agar tetap eksis sebagai bagian dari khazanah keragaman budaya kita. Jika maqam-maqam maupun tempat bersejarah tersebut tidak lagi dikunjungi maka tak heran tempat-tempat tersebut akan hilang dengan sendirinya karena tidak ada lagi yang mengenang dan merawatnya, jadi kontribusi penziarah juga sangat besar dalam pelestarian warisan budaya ini.

Prosesi selanjutnya yang diadakan oleh calon haji yaitu acara syukuran atau begawe Haji dengan mengundang seluruh warga untuk membantu mempersiapkan segala macamnya. Acara syukuran ini pun mengundang seluruh kerabat calon haji baik yang dekat maupun yang jauh. Tamu yang diundang atau orang yang datang begawe ini yang perempuan biasanya membawa beras dalam wadah baskom dan nampan aluminium kecil di atasnya tempat gula pasir, lalu tamu yang laki-laki lebih simple hanya membawa amplop yang telah diisi dan di masukkan ke kotak yang telah disediakan. Menghadiri undangan begawe ini istilah dalam bahasa sasaknya disebut langar dan barang atau amplop yang dibawa tamu itu disebut pelangar. Acara begawe syukuran calon haji ini biasanya dilaksanakan maksimal sebulan sebelum keberangkatan calon haji, tergantung pada kesiapan calon haji dan keluarganya.

Adapun dalam masa menunggu keberangkatan setelah diadakannya begawe, calon haji tetap mendapatkan kunjungan-kunjungan dari kerabatnya sebagai bentuk ucapan selamat atas kesempatan mendapat panggilan Allah SWT untuk melaksanakan haji. Lalu satu minggu sebelum keberangkatan diadakanlah acara Tahlilan di rumah calon haji sebagai bentuk sumbangan doa, acara tahlilan sebelum keberangkatan haji ini istilah sasaknya disebut berame-rame. Ketika mengahdiri acara berame-rame warga yang berkunjung akan melakukan salaman dengan calon haji, masih dengan harapan yang sama semoga memperoleh kesempatan berhaji seperti calon haji yang disalami. Calon Haji biasanya duduk di dekat jalan masuk sebelum ke tempat berame-rame yang telah disediakan agar memudahkan orang yang akan salaman kepadanya. Acara berame-rame ini biasanya dilaksanakan sampai 2 hari  setelah keberangkatan atau setelah calon haji sampai di kota Makkah. Acara berame-rame setelah diisi dengan Tahlil dan Doa, lalu diikuti dengan pembacaan hikayat-hikayat berisi perjalanan hidup Rasulullah SAW dari kitab-kitab terdahulu yang menggunakan Bahasa Sasak. Pembacaannya pun berirama seperti lagu, ada yang membaca secara termaktub dalam kitab hikayat tersebut, lalu ada yang bertugas sebagai penterjemah dan jamaah lainnya yang hadir bertugas meramaikan pada saat pembacaan Shalawat, pembacaan hikayat ini dalam bahasa sasaknya disebut monyeh atau memace nya’er.

Selanjutnya pada hari keberangkatan calon haji ke tanah suci Makkah semakin ramai yang berkunjung kepada calon haji. Warga pun tak ketinggalan ikut mengantarkan, ada yang sampai ke tempat berkumpulnya Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), ada yang sampai ke Asrama Haji yang ada di daerah, Keluarga dekat dan Tokoh-tokoh Agama maupun Tokoh Masyarakat biasanya mengantarkan sampai ke bandara atau pelabuhan, ketika perjalanan masih menggunakan kapal laut seperti yang diceritakan orang-orang tua kita dulu. Doa pun tetap teriring untuk jamaah haji yang telah diberangkatkan tersebut.

Ketika jamaah haji sudah kembali ke kampung halaman pun tak kalah ramainya disambut warga, salamanpun tak henti-hentinya untuk mereka. Lalu warga berkumpul kembali di rumah Haji tersebut, bukannya bermaksud mendapatkan oleh-oleh akan tetapi ingin mendengar cerita keindahan dan perjuangan selama melaksanakan ibadah haji. Untuk itu jamaah haji yang pulang juga dituntut untuk bisa bercerita dan berbagi pengalaman, motivasi, di samping gelar kegamaan yang telah tersemat dalam dirinya. Barulah ketika koper jamaah haji telah sampai ke rumahnya 2 atau 3 hari setelah kepulangan, acara selanjutnya yaitu berbagi oleh-oleh dari Makkah seperti air Zam-zam, Kurma, Sajadah, Tasbih, Surban untuk warga yang sudah berhaji, dan mainan-mainan bernuansa Arab untuk anak-anak kecil keluarga dekat jamaah haji.

Tradisi-tradisi baik seperti ini seyogyanya tetap terjaga dalam masyarakat kita sebagai bentuk nilai solidaritas dalam membangun persatuan dan merekatkan ukhuwah dalam masyarakat kita. Untuk itu sebagai generasi muda yang sadar dan peduli akan khazanah budaya kita, semangat untuk pelestariannya perlu ditanamkan dari sekarang sebagai pembelajaran dalam menjaga khazanah tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sunyi Si Pendidik

sumber :digaleri.com Baim Lc*  Dia tertegun, matanya tertuju pada amplop yang dibagikan oleh pihak komite tadi pagi. Nominal ya...