Selain itu paradigma yang tertanam dalam masyarakat Lombok bahwa melaksanakan Haji sebagai panggilan resmi dari Allah SWT untuk berkunjung ke Baitullah. Banyak orang yang mempunyai kelebihan harta tetapi belum dapat melaksanakan ibadah Haji, persepsi masyarakat kita merujuk karena mereka belum mendapatkan panggilan dari Tuhan untuk berhaji. Lebih-lebih di saat sekarang kuota haji yang dari Indonesia mendapatkan pengurangan dari pihak pemerintah Arab Saudi, jadi jika ingin melaksanakan ibadah Haji harus menunggu 10 sampai 12 tahun untuk dapat berangkat. Akan tetapi lamanya menunggu, tingginya biaya penyelenggaraan ibadah haji tak melemahkan semangat masyarakat kita untuk tetap mendaftarkan diri menjadi calon jamaah haji. Banyak kisah yang membuktikan bahwa haji itu merupakan benar-benar panggilan dari Allah SWT untuk para tamu-Nya. Beberapa waktu lalu jamaah yang sudah mengantri sekitar 5 tahun dan tepat pada tahun ke-enam namanya keluar sebagai calon jamaah haji telah mempersiapkan segala sesuatunya lebih awal, namun pas akan berangkat ke Arab Saudi diberitakan bahwa visanya tidak keluar yang menyebabkan tertundanya pemberangkatan, hal seperti itu sebagai cobaan berat bagi calon jamaah haji, bahkan ada yang sampai stress hilang akal.
Di Lombok (sekali lagi tepatnya di Lombok Timur) tradisi masyarakat kita untuk menyambut keberangkatan calon jamaah haji cukup beragam. Di Lombok Timur misalnya, sebelum memasuki bulan Ramadhan warga sudah beramai-ramai ikut membantu mengumpulkan kayu bakar persiapan untuk acara syukuran atau begawe pada hari yang telah ditentukan atau istilahnya mbau kayuq, sebenarnya acara mbau kayuq ini juga biasa dilaksanakan tiap ada orang yang akan melaksanakan begawe, baik itu acara pernikahan, khitanan, aqiqah ( molang maliq), peringatan 9 hari kematian dan lainnya. Namun berbeda dengan penyambutan keberangkatan calon jamaah haji ini, mbau kayuq tersebut sebagai pertanda awal, masih banyak tahapan acara yang lain yang akan dilaksanakan sampai menjelang tibanya keberangkatan calon Haji. Lalu 4 atau 5 hari setelah Ramadhan warga kembali diberitahukan melalui pengumuman dengan pengeras suara dari masjid pada hari yang telah ditentukan, warga diminta berkumpul untuk pembuatan ketaring (teratak) sebagai peneduh di sekitar rumah calon haji dan berbagai macam hiasan bernuansa islami pertanda akan berangkat haji salah satu dari warga di masyarakat tersebut. Bahkan dengan kecanggihan teknologi saat ini rata-rata calon jamaah haji memajang baliho/spanduk beserta fotonya disertai kata-kata doa untuk mendapatkan haji mabrur.
Setelah pembuatan teratak di rumah calon haji sudah
selesai, kembali lagi dari pengeras suara di masjid warga diberitahukan
pelaksanaan acara ziarah maqam bersama calon haji akan dilaksanakan pada hari
yang telah ditentukan, biasanya 1 atau 2 minggu setelah pembuatan teratak tadi,
tergantung hari baik menurut pertimbangan dari orang yang mempunyai kelebihan
untuk melihat pertimbangan hari-hari pelaksanaan acara, istilahnya disebut diwase jelo. Hal yang menarik dari
pelaksanaan ziarah maqam ini, di samping sebagai acara syukuran untuk berdoa
mengunjungi maqam-maqam Auliya' - Alim yang tersebar letaknya di sekitaran
Lombok, juga merupakan acara rekreasi keagamaan bagi warga yang ikut, karena
biasanya konsumsi untuk warga yang ikut telah disediakan oleh calon haji. Maka
tak jarang ketika acara ziarah maqam bersama calon haji di kampung selalu ramai
yang mengikuti, bahkan tokoh-tokoh agama dari kampung tetangga juga diundang
untuk ikut memberikan doa pada acara ziarah maqam ini.
Acara ziarah ke maqam para alim
ulama' yang ada di Lombok ini dihajatkan sebagai pelatihan bagi calon jamaah
haji. Memang Ibadah haji secara substansial pelaksanaannya berisi ziarah atau
berkunjung ke tempat-tempat bersejarah dalam agama islam, maka melalui ziarah
maqam sebelum keberangkatan, calon haji mendapatkan pembelajaran dari rumah
sebelum berziarah ke tempat-tempat bersejarah sesuai tuntunan pelaksanaan haji.
Maqam-maqam yang diziarahi calon haji ini pun beragam, seperti yang kita
ketahui di Lombok terdapat berbagai organisasi islam, dan tiap organisasi itu
pasti memiliki Tuan Guru yang ditokohkan sebagai pendiri atau pengelola Yayasan,
maqam Tuan Guru inilah yang diziarahi oleh calon haji untuk memanjatkan doa
keselamatan dan keberkahan sebelum berangkat melaksanakan ibadah haji.
Selain maqam-maqam Tuan Guru pendiri
Yayasan, banyak pula maqam Tuan Guru atau maqam tokoh-tokoh yang telah berjasa
menyebarkan agama Islam di tanah Lombok yang diziarahi calon haji, namun tetap
mendahulukan ziarah ke maqam Tuan Guru pendiri Yayasan atau organisasi Islam yang
calon haji masuk sebagai anggota di dalamnya atau tergantung kedekatan lokasi
maqam tersebut dari rumah calon haji. Misalnya, Calon Haji Lombok Timur dari Ormas
Nahdhatul Wathan ketika melakukan Ziarah, maqam yang pertama kali diziarahi
maqam Tuan Guru Kiyai Haji M. Zainuddin Abd. Majid (Hamzanwadi) di Pancor,
karena seperti yang kita tahu beliau cukup besar jasanya menyebarkan Islam di
tanah Lombok melalui pendidikan dengan sistem Pondok Pesantren dan
Halaqah-halaqah agama. Beliau juga termasuk pejuang Kemerdekaan Negara Indonesia
dari Lombok, serta pernah terlibat langsung dalam peperangan mengusir tentara
NICA di Selong (dalam buku Biografi Maulanasyaikh TGKH. M. Zainuddin Abd. Majid
karangan H. Hayyi Nu'man).
Setelah Selesai berdoa di Maqam
Hamzanwadi dilanjutkan dengan berziarah ke maqam Raja-raja Selaparang di
Selaparang kecamatan Suela Lombok Timur. Kerajaan Selaparang merupakan Kerajaan
Islam yang pernah berdiri di Lombok jauh sebelum kedatangan penjajah ke Nusantara.
Di maqam Selaparang ini bentuk maqam tersusun rapi dari bebatuan yang sudah
melekat dan tampak alami tanpa sentuhan teknologi bahan bangunan seperti
sekarang. Maqam-maqam bersejarah lainnya yang masih berada di kawasan Lombok
Timur yang biasa diziarahi calon haji yaitu maqam TGH. Saleh Sungkar, Maqam
Tuan Guru Ahmad Tretetet dan lainnya. Usai dari maqam-maqam yang berada di
kawasan Lombok Timur barulah beranjak ke maqam-maqam bersejarah lainnya, di
Lombok Tengah misalnya, ada maqam Tuan Guru Haji Lopan, lalu dilanjutkan ke
maqam loang baloq di Tanjung Karang dan terakhir ke maqam batu layar di kawasan
batu Layar Lombok barat. Pada maqam yang terakhir ini biasanya dilanjutkan
dengan rekreasi ke pantai senggigi menikmati bekal yang dibawa dari rumah, maka
tak heran perjalanan satu hari penuh untuk berziarah itu menjadi momen besar
bagi calon haji. Bahkan ada yang lebih antusias lagi tak cukup dengan maqam
yang ada di kawasan Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, calon haji
kadang mengundang tokoh-tokoh agama dengan rombongan kecil bersama keluarga
berziarah ke maqam-maqam bersejarah lainnya yang tak sempat dilakukan pada saat
rombongan besar, seperti maqam-maqam yang ada di bagian Jerowaru, Pujut lalu
terakhir ke maqam Masjid Kuno yang ada di bayan.
Selanjutnya calon Haji yang dari
Organisasi islam Maraqitta'limat, maqam yang pertama diziarahi yaitu maqam TGH.
Zainuddin Arsyad sebagai pendiri Yayasan Maraqitta'limat yang terletak di
Pekuburan Umum Mamben Lauk, Yayasan Maraqitta'limat ini juga sudah berusia
cukup tua sebagai organisasi Islam di Lombok yang berpusat di Mamben Lauk.
Setelah selesai berdoa di maqam yang ada di mamben lauk, ziarah dilanjutkan ke
maqam raja-raja selaparang, maqam TGH. Saleh Sungkar, barulah beranjak ke
maqam-maqam yang lain seperti yang dilakukan calon Haji dari organisasi
Nahdhatul Wathan di atas.
Adapun calon haji dari organisasi
Islam Al Mukhtariyah Al islamiyah, maqam pertama yang diziarahi yaitu maqam
TGH. Afifuddin Adnan sebagai pendiri, lokasi maqam ini juga terletak di Mamben
lauk, Pusat Yayasan ini pun berada di Mamben lauk juga. Setelah usai berdoa di
maqam pendiri yayasan ini, lazimnya ziarah dilanjutkan ke maqam TGKH. M.
Zainuddin Abd. Majid di Pancor, karena awalnya pendiri yayasan ini merupakan
saudara angkat dari Maulanasyaikh. TGKH. M. Zainuddin Abd. Majid, Pendiri
yayasan ini pun dikabarkan pernah belajar pada Maulanasyaikh. Selanjutnya
Ziarah dilanjutkan ke maqam-maqam bersejarah lainnya seperti yang dilakukan
organisasi islam yang di atas.
Begitu pula dengan organisasi
islam Nahdhatul Ulama yang ada di Lombok Timur, maqam-maqam yang diziarahi juga
tak jauh beda, maqam yang pertama diziarahi biasanya maqam Hamzanwadi di Pancor
barulah beranjak ke maqam-maqam yang lainnya. Karena awal terbentuknya
Nahdhatul Wathan mengadopsi semangat perjuangan dari Ormas Nahdhatul Ulama, tak
heran Nahdhatul Ulama yang berpusat di Jawa memiliki banyak kesamaan dalam hal Fiqhiyah dengan Nahdhatul Wathan yang
berpusat di Lombok.
Beragamnya organisasi massa Islam
yang berkembang di masyarakat lantas tidak langsung menyebabkan perpecahan atau
renggangnya ukhuwah dalam kehidupan
sosial di masyarakat, namun itu dijadikan sebagai ajang untuk fastabiqul khairat karena semua organisasi Islam ini memotivasi untuk selalu beramar ma'ruf dan nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam
perkembangannya selalu berinovasi dalam upaya memajukan semangat kebaikan.
Acara ziarah maqam ini juga merupakan sarana pemersatu masyarakat yang beragam
tadi, dalam satu kampung misalnya ada salah satu calon haji dari beberapa
organisasi tadi, maka yang mengikuti ziarah maqam bukan hanya yang dari
simpatisan organisasi yang dimasuki calon haji tadi, akan tetapi semua warga di kampung tersebut
yang mempunyai kesempatan untuk ikut akan disambut baik atas kehadirannya ikut
mendoakan calon haji.
Acara ziarah maqam calon haji ini
bisa dikatakan rekreasi atau wisata Syariah
masyarakat yang mengharap dapat imbas berkesempatan seperti calon haji mendapat
panggilan Allah SWT. Sugesti masyarakat kita yang tetap tertanam semangat fastabiqul khairat ( berlomba-lomba dalam kebaikan) salah satunya melalui
ziarah ke maqam-maqam bersejarah para alim ulama' dan peninggalan budaya Islam yang
terdahulu, sebagai bentuk masih melekatnya budaya Islam dalam masyarakat
kita, di tengah maraknya budaya
barat/budaya glamour yang merambah ke masyarakat kita saat ini.
Ziarah maqam ini merupakan
tradisi turun temurun bernilai ibadah, walaupun sebagian aliran Madzhab mengatakan tidak boleh bertawassul (berdoa melalui perantara)
di maqam-maqam para Ulama, Ulama fiqh dalam Mazhab Syafii yang dikuti rata-rata
organisasi islam di Nusantara mengatakan itu hal yang dibolehkan berdoa
mengunjungi maqam para alim-ulama untuk mendoakan mereka lebih-lebih mendoakan
diri sendiri dan para jamaah yang ikut berziarah. Di samping itu ziarah ke maqam-maqam
bersejarah tersebut sebagai bentuk pelestarian peninggalan budaya dahulu agar
tetap eksis sebagai bagian dari khazanah keragaman budaya kita. Jika maqam-maqam
maupun tempat bersejarah tersebut tidak lagi dikunjungi maka tak heran
tempat-tempat tersebut akan hilang dengan sendirinya karena tidak ada lagi yang
mengenang dan merawatnya, jadi kontribusi penziarah juga sangat besar dalam
pelestarian warisan budaya ini.
Prosesi selanjutnya yang diadakan
oleh calon haji yaitu acara syukuran atau begawe
Haji dengan mengundang seluruh warga untuk membantu mempersiapkan segala
macamnya. Acara syukuran ini pun mengundang seluruh kerabat calon haji baik
yang dekat maupun yang jauh. Tamu yang diundang atau orang yang datang begawe ini yang perempuan biasanya membawa
beras dalam wadah baskom dan nampan aluminium kecil di atasnya tempat gula
pasir, lalu tamu yang laki-laki lebih simple hanya membawa amplop yang telah
diisi dan di masukkan ke kotak yang telah disediakan. Menghadiri undangan begawe ini istilah dalam bahasa sasaknya
disebut langar dan barang atau amplop
yang dibawa tamu itu disebut pelangar.
Acara begawe syukuran calon haji ini
biasanya dilaksanakan maksimal sebulan sebelum keberangkatan calon haji,
tergantung pada kesiapan calon haji dan keluarganya.
Adapun dalam masa menunggu
keberangkatan setelah diadakannya begawe, calon haji tetap mendapatkan
kunjungan-kunjungan dari kerabatnya sebagai bentuk ucapan selamat atas
kesempatan mendapat panggilan Allah SWT untuk melaksanakan haji. Lalu satu
minggu sebelum keberangkatan diadakanlah acara Tahlilan di rumah calon haji
sebagai bentuk sumbangan doa, acara tahlilan sebelum keberangkatan haji ini
istilah sasaknya disebut berame-rame.
Ketika mengahdiri acara berame-rame
warga yang berkunjung akan melakukan salaman dengan calon haji, masih dengan
harapan yang sama semoga memperoleh kesempatan berhaji seperti calon haji yang
disalami. Calon Haji biasanya duduk di dekat jalan masuk sebelum ke tempat berame-rame yang telah disediakan agar
memudahkan orang yang akan salaman kepadanya. Acara berame-rame ini biasanya dilaksanakan sampai 2 hari setelah keberangkatan atau setelah calon haji
sampai di kota Makkah. Acara berame-rame
setelah diisi dengan Tahlil dan Doa, lalu diikuti dengan pembacaan
hikayat-hikayat berisi perjalanan hidup Rasulullah SAW dari kitab-kitab
terdahulu yang menggunakan Bahasa Sasak. Pembacaannya pun berirama seperti
lagu, ada yang membaca secara termaktub dalam kitab hikayat tersebut, lalu ada
yang bertugas sebagai penterjemah dan jamaah lainnya yang hadir bertugas
meramaikan pada saat pembacaan Shalawat, pembacaan hikayat ini dalam bahasa
sasaknya disebut monyeh atau memace nya’er.
Selanjutnya pada hari
keberangkatan calon haji ke tanah suci Makkah semakin ramai yang berkunjung
kepada calon haji. Warga pun tak ketinggalan ikut mengantarkan, ada yang sampai
ke tempat berkumpulnya Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), ada yang sampai
ke Asrama Haji yang ada di daerah, Keluarga dekat dan Tokoh-tokoh Agama maupun
Tokoh Masyarakat biasanya mengantarkan sampai ke bandara atau pelabuhan, ketika
perjalanan masih menggunakan kapal laut seperti yang diceritakan orang-orang
tua kita dulu. Doa pun tetap teriring untuk jamaah haji yang telah
diberangkatkan tersebut.
Ketika jamaah haji sudah kembali
ke kampung halaman pun tak kalah ramainya disambut warga, salamanpun tak
henti-hentinya untuk mereka. Lalu warga berkumpul kembali di rumah Haji
tersebut, bukannya bermaksud mendapatkan oleh-oleh akan tetapi ingin mendengar
cerita keindahan dan perjuangan selama melaksanakan ibadah haji. Untuk itu
jamaah haji yang pulang juga dituntut untuk bisa bercerita dan berbagi
pengalaman, motivasi, di samping gelar kegamaan yang telah tersemat dalam
dirinya. Barulah ketika koper jamaah haji telah sampai ke rumahnya 2 atau 3
hari setelah kepulangan, acara selanjutnya yaitu berbagi oleh-oleh dari Makkah
seperti air Zam-zam, Kurma, Sajadah, Tasbih, Surban untuk warga yang sudah
berhaji, dan mainan-mainan bernuansa Arab untuk anak-anak kecil keluarga dekat
jamaah haji.
Tradisi-tradisi baik seperti ini
seyogyanya tetap terjaga dalam masyarakat kita sebagai bentuk nilai solidaritas
dalam membangun persatuan dan merekatkan ukhuwah
dalam masyarakat kita. Untuk itu sebagai generasi muda yang sadar dan peduli
akan khazanah budaya kita, semangat untuk pelestariannya perlu ditanamkan dari
sekarang sebagai pembelajaran dalam menjaga khazanah tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar