TEORI
HIRARKI KEBUTUHAN DALAM CERPEN SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU KARYA SENO GUMIRA
AJIDARMA
(TINJAUAN
PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW)
Tugas
Akhir Mata Kuliah Psikologi Sastra
Oleh
Abdul
Rahim
E1C009009
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2013
TEORI
HIRARKI KEBUTUHAN DALAM CERPEN SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU KARYA SENO GUMIRA
AJIDARMA
(TINJAUAN
PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW)
Abstrak
Penelitian
ini difokuskan pada tingkatan kebutuhan tokoh ‘aku’ dalam cerpen sepotong senja untuk pacarku yang
ditinjau dari psikologi humanistic Abraham Maslow. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui tingkatan kebutuhan dari tokoh ‘aku’ serta aktualisasi
dirinya dan untuk mengetahui makna secara structural dari cerpen sepotong senja untuk pacarku.
Landasan
teori pada penelitian ini yaitu teori hirarki kebutuhan psikologi humanistik
Abraham Maslow. Bentuk kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keamanan, kebutuhan dimiliki dan cinta , kebutuhan harga diri serta
kebutuhan akan aktualisasi diri.
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif berupa
studi pustaka pada cerpen sepotong senja
untuk pacarku, cerpen sepotong senja
untuk pacarku dianalisis berdasarkan teori hirarki kebutuhan psikologi
humanistic Abraham Maslow, kemudian data-data hasil penelitian disajikan dengan
perumusan bahasa sendiri.
Dari
analisis yang telah dilakukan, kebutuhan fisiologis dari tokoh ‘aku’ terpenuhi
dengan pemuasan bathin dengan melihat pemandangan yang indah, kebutuhan
keamanan terpenuhi dengan mengghindari kejaran polisi dan bersembunyi di sebuah
gorong-gorong, kebutuhan dimiliki dan cinta terpenuhi dengan mengirimkan
sepotong surat yang berisi sepotong senja yang diharapkan bisa membahagiakan
sang kekasih, kebutuhan harga diri terpenuhi dengan perasaan senang setelah
berhasil mendapatkan sesuatu yang akan deberikan kepada sang kekasih, kebutuhan
aktualisasi diri terpenuhi dengan pengungkapan kata cinta dan rindu pengarang
kepada sang kekasih melalui cerpen tersebut.
Sedangkan
makna secara structural dari cerpen sepotong
senja untuk pacarku ini yaitu ungkapan cinta dan rindu pengarang dalam
sepotong surat yang berisi senja yang merupakan analogi dari sebuah cincin yang
dicuri dan akan diberikan kepada kekasihnya sebagai bentuk rasa cinta tokoh
‘aku’.
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Karya
sastra adalah alat penyampaian ide-ide imajinatif pengarang yang berfungsi
sebagai hiburan yang di dalamnya terdapat pesan-pesan khusus yang berguna
menambah pengalaman batin pembacanya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah
dua fenomena sosial yang saling melengkapi dalam kedirian mereka sebagai
sesuatu yang eksistensial. Sebagai bentuk seni, kelahiran karya sastra
bersumber dari kehidupan yang penuh dengan tata nilai dan pada gilirannya karya
sastra akan memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai.
Setiap
cipta seni yang dibuat dengan kesungguhan tentu mengandung keterikatan yang
kuat dengan kehidupan, karena manusia pelahir cipta seni tersebut adalah bagian
dari kehidupan itu sendiri. Sastra sebagai produk kehidupan mengandung
nilai-nilai sosial, filosofi, religi dan sebagainya.
Sastra
tidak saja lahir karena fenomena-fenomena kehidupan yang lugas, tetapi juga
dari kesadaran penulisnya. Sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, fiktif dan
inventif juga harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sastrawan ketika menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk
menciptakan keindahan, tetapi juga berkehendak untuk menyampaikan
pikiran-pikirannya, pendapatpendapatnya, kesan-kesannya terhadap sesuatu.
Sastrawan harus berdiri dalam kehadiran nilai-nilai yang terangkum dalam
kehidupan manusia (Suyitno, 1986: 3).
Sebuah
cipta sastra biasanya menampilkan masalah manusia dan kemanusiaan, makna hidup
dan kehidupan.Ia melukiskan penderitaanpenderitaan manusia, perjuangannya,
kasih sayang dan kebenaran, napsu dan segala yang dialami manusia (Mursal
Esten, 1990: 8).
Karya
sastra menjadi obyek bagi pengarang dalam mengungkapkan gejolak emosinya,
misalnya perasaan sedih, kecewa, senang dan lain sebagainya. Melalui karyanya
itu pembaca diajak masuk dalam pengalaman batin pengarangnya. Seorang pengarang
harus dapat melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh dengan
sebaik-baiknya (Tarigan, Henry Guntur, 1985: 138-139).
Kejadian
atau peristiwa yang terjadi dalam cerpen dihidupkan oleh tokohtokoh sebagai
pemegang peran watak. Melalui tingkah laku dan sikap para tokoh yang
ditampilkan inilah seorang pengarang melukiskan kehidupan manusia dengan
persoalan-persoalan atau konflik-konflik yang terjadi dengan orang lain atau
bahkan dengan dirinya sendiri, sehingga karya sastra juga menggambarkan
kejiwaan manusia. Pengarang memegang peranan penting dalam penciptaan watak tokoh
yang dilukiskan dalam karya sastra.
Cerpen
sepotong senja untuk pacarku karya
Seno Gumira Ajidarma ini dimuat pada harian Kompas, 9 Februari 1991. Serta dimuat kembali dalam Pelajaran Mengarang
(Cerpen Pilihan Kompas 1993). Cerpen ini merupakan salah satu bagian dari buku
kumpulan cerpen ‘sepotong senja untuk pacarku’ yang juga merupakan buah karya
dari Seno Gumira Ajidarma dan cerpen ini sekaligus menjadi judul dan awal dari
sebuah cerita yang berkelanjutan pada cerpen-cerpen selanjutnya dalam buku
kumpulan cerpen tersebut. Adapun judul-judul dari cerpen dalam buku kumpulan
cerpen tersebut antara lain, 1.Sepotong
Senja untuk Pacarku, 2. Jezebel, 3. Ikan Paus Merah, 4. Kunang-Kunang Mandarin,
5. Rumah Panggung di Tepi Pantai, 6. Peselancar Agung, 7. Hujan, Senja, dan
Cinta, 8. Senja Hitam Putih, 9. Mercusuar, 10. Anak-Anak Senja, 11. Senja yang
Terakhir, 12. Jawaban Alina, 13. Tukang Pos dalam Amplop.
Dalam
cerpen sepotong senja untuk pacarku ini pengarang mencoba mengungkapkan
pikiran dan daya imajinatifnya dalam mengungkapkan perasaan cinta dan rindunya
kepada orang yang disayangi melalui sepotong surat yang berisi kata-kata cinta
dibarengi dengan pemberian sepotong senja yang diharapkan bisa membahagiakan
sang kekasih dan itu juga mewakili perasaan cinta dan rindu pengarang
kepadanya.
Penulis
mearasa tertarik untuk menganalisis tokoh aku (pengarang) dalam cerpen ini
karena kata-kata yang digunakan tokoh aku dalam cerpen ini berisi kata-kata
romantis yang berupa sebuah cerita dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada
seorang yang disayangi (Alina), ditambah dengan gaya imajinatif pengarang dalam
menggambarkan benda-benda alam sebagai makna yang abstrak yang mewakili bentuk
yang lain dalam dunia yang sebenarnya.
B. Rumusan Masalah dan Tujuan
Adapun masalah yang akan dikaji dalam
tulisan ini yaitu bagaimana konsep hirarki kebutuhan dan bentuk pemenuhannnya
serta aktualisasi diri tokoh aku dalam cerpen sepotong senja untuk pacarku yang ditinjau dari aspek psikologi
humanistik Abraham Maslow.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui bentuk-bentuk kebutuhan dasar serta pemenuhannya/pemuasannya serta
aktualisasi diri oleh tokoh Aku dalam cerpen sepotong senja untuk pacarku. Selain itu untuk mengetahui makna
tersirat dari cerpen sepotong senja untuk
pacarku ini.
II. Kajian Teori dan Metode
Adapun teori yang digunakan dalam
tulisan ini yaitu konsep hirarki kebutuhan dalam psikologi humanistic yang
dicetuskan oleh Abraham Maslow. Maslow
melukiskan bahwa manusia tidak pernah dalam keadaan yang sepenuhnya puas, bagi
manusia kepuasan itu sifatnya sementara. Jika satu kebutuhan telah dipuaskan,
maka kebutuhan-kebutuhan yang lain akan muncul dan menuntut kepuasan.
Menurut Maslow kebutuhan yang ada
pada manusia adalah bawaan, tersusun secara bertingkat dan kebutuhan yang
ada di tingkat dasar, pemuasannya lebih mendesak daripada kebutuhan yang
ada diatasnya. Berikut ini perincian dari kelima tingkat kebutuhan yang
dimaksud oleh Maslow.
1.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena
berkaitan dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup,
kebutuhan-kebutuhan ini antara lain makanan, air, istirahat, seks, dan
kebutuhan akan adanya stimulasi sensoris, karena kebutuhan fisiologis merupakan
kebutuhan yang paling mendesak, maka kebutuhan ini merupakan kebutuhan
yang akan didahulukan pemuasannya oleh individu, dan jika kebutuhan ini
belum terpuaskan maka individu tidak akan tergerak untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi.
2.
Kebutuhan akan rasa aman
Apabila kebutuhan fisiologis telah
terpuaskan maka dari dalam individu akan muncul suatu kebutuhan yang lebih
dominan dan menuntut pemuasan, yakni kebutuhan akan rasa aman. Yang dimaksud
kebutuhan akan rasa aman adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu
untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari
keadaan lingkungannya. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan rasa aman
sangat nyata dan bisa diamati pada bayi dan
anak-anak, sebagai contoh seorang
bayi akan menangis apabila dia mendengar suara keras atau cahaya yang
menyilaukan, tetapi dengan pengalaman belajarnya ia akan memiliki persepsi
bahwa semua itu ternyata tidak membahayakan dan bayitersebut tidak akan takut
lagi karena pengalamannya itu.
3.
Kebutuhan akan dimiliki dan cinta
Kebutuhan ini adalah suatu
kebutuhan yang mendorong individu untukmengadakan hubungan afektif atau ikatan
emosional dengan individu lain, baikdengan sesama jenis maupun dengan yang
berlainan jenis, di lingkungan keluargamaupun di dalam masyarakat, Maslow
dengan tegas menolak pendapat Freudyang menyatakan cinta dan afeksi berasal
dari naluri seksual yang disublimasikan,bagi Maslow cinta dan seks adalah dua
hal yang berbeda. Maslow juga menekankan bahwa kebutuhan akan cinta itu
mencakup keinginan untuk mencintai dan dicintai, ia juga menyimpulkan
bahwa antara kepuasan cinta dan afeksi pada masa kanak-kanak dan kesehatan
mental di masa dewasa terdapat korelasi yang signifikan.
4.
Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan ini oleh Maslow dibagi
menjadi dua bagian, bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan
dari diri sendiri sebagai contoh, rasa percaya diri, kemandirian, kekuatan
pribadi dan hal-hal lain. Dalam hal ini individu ingin mengetahui atau
yakin dirinya berharga serta mampu mengatasi segala rintangan dalam
hidupnya. Bagian kedua yaitu penghargaan atas apa yang yang telah
dilakukannya, dalam hal ini individu butuh penghargaan atas apa yang telah dia
raih.
5.
Kebutuhan akan aktualisasi diri
Maslow menandai bahwa kebutuhan
akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk untuk menjadi orang
yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya, atau hasrat
dari individu untuk menyempurnakan dirinya melalui segenap potensi yang
dimilikinya. Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri
adalah merupakan kebutuhan manusia yang tertinggi dalam teori Maslow,
kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan yang ada
di bawahnya telah terpuaskan dengan
baik. Bentuk aktualisasi diri berbeda-bedaantara individu satu dengan yang
lain.
Maslow mengakui bahwa untuk
mencapai tahap aktualisasi diri tidaklah mudah, karena upaya ke arah itu
banyak sekali hambatannya, hambatan itu berasal dari dalam individu itu
sendiri antara lain ketidak tahuan, keraguan, dan rasa takut,hambatan yang
kedua berasal dari luar diri individu atau dari masyarakat, danhambatan yang
terakhir atas upaya aktualisasi diri adalah pengaruh negatif yangditimbulkan
oleh kebutuhan yang kuat akan rasa aman, seperti yang diketahui
proses menuju kematangan memerlukan
kesediaan individu untuk mengambil resiko dan melepaskan kebiasaan yang tidak
konstruktif, kesemuanya itu memerlukan keberanian. Individu atau seseorang yang
kebutuhan akan rasa amannya terlalu kuat tentu akan takut untuk mengambil
resiko-resiko, ketakutan itu akan mendorong individu untuk bergerak
mundur menuju pemuasan kebutuhan akan rasa aman.
Dapat disimpulkan bahwa pencapaian
aktualisasi diri membutuhkan kondisi lingkungan yang menunjang juga adanya
keberanian dan keterbukaan individu untuk menerima gagasan-gagasan baru
dan pengalaman-pengalaman baru (E. Koeswara, 1986: 119-127).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode kualitatif berupa kajian studi pustaka terhadap cerpen sepotong senja untuk pacaraku karya Seno
Gumira Ajidarma yang didukung juga dengan data-data penelitian yang berkaitan
dengan cerpen tersebut baik itu dari segi strukturalnya, makna semiotik dari
cerpen tersebut maupun kajian psikologi sastra dari cerpen tersebut. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka,
yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sumber-sumber yang tertulis
yang relevan dengan masalah dalam penelitian ini. Data-data yang telah
dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis melalui beberapa tahapan,
tahapan-tahapan ini merupakan satu kesatuan yang berurutan.
III. Pembahasan
A. Sinopsis Cerpen sepotong senja untuk pacarku
Cerpen
karangan Seno Gumira Ajidarma ini bercerita tentang usaha seorang pria yang
ingin sekali mengirimkan sepotong senja untuk pacarnya, Alina. Ia memilih senja
itu karena baginya, kata-kata tidaklah cukup berarti untuk mewakili perasaannya
dan senja itulah yang diimpikan oleh kekasihnya itu selama ini. Lalu di suatu
pantai yang indah dengan pemandangan syahdu membuatnya ingin mengambil senja
itu. Namun, usahanya mengambil senja ternyata tak semulus yang ia kira, bahkan
polisi dan masyarakat pada ribut karena kehilangan senja. Di tengah
pelariannya, ia bertemu dengan gelandangan di bawah gorong-gorong. Gelandangan
itu menyuruhnya bersembunyi agar aman dari kejaran polisi. Tiba-tiba ia
menemukan sebuah tempat yang mirip dengan tempat dimana ia mengambil senja
tadi. Namun disana tampak sangat sepi, tak ada manusia, hewan, apalagi
keramaian. Iapun memutuskan untuk mengambil senja yang ada disana dan menyimpan
di saku yang satunya lalu kembali meninggalkan gorong-gorong dan naik ke bumi.
Diluar dugaan ternyata keadaan diatas sudah tak sekacau tadi, bahkan mobilnya
tampak habis dicuci. Ia juga sempat melahap pizza dan segera melajukan
mobilnya. Ia memasangkan senja yang dari gorong-gorong itu dan ternyata cocok.
Sedangkan senja yang ia dapat dari tempat pertama ia kirimkan lewat pos. Ia
jadi ingat, gorong-gorong itu pasti akan menjadi gelap karena ia telah
mengambil senja itu untuk pacarnya dan semua orang akan memperbincangkan itu
kelak. Terakhir iapun berpesan agar kekasihnya itu menjaga baik-baik senja yang
ia berikan.
B. Hirarki Kebutuhan Tokoh Aku dalam
Cerpen sepotong senja untuk pacarku
1. Kebutuhan Fisiologis
konsep
fisiologis harus dipuaskan oleh pemuas yang seharusnya; tetapi ada juga
kebutuhan yang dapat dipuaskan dengan pemuas yang lain. misalnya orang yang
tidak terpuaskan cintanya, merasa kurang puas secara fisiologis sehingga
terus-menerus makan untuk memuaskannya.
Begitu
juga pada cerpen ini, pengarang/tokoh ‘aku’ untuk memenuhi kebutuhan
fisiologisnya yaitu dengan berjalan-jalan keluar untuk menghirup udara segar
dan memuaskan bathin dengan melihat pemandangan yang indah di tepi pantai.
Seperti terlihat dalam kutipan.
“Sore itu aku duduk seorang diri di
tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang
dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi
bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski
buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan
langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap
saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya”.
Dari
kutipan tersebut, terlihat tokoh ‘aku’ dalam cerpen tersebut dalam memenuhi
kebutuhan fisiologisnya yaitu dengan duduk-duduk di tepi pantai sambil
menikmati indahnya senja.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Seperti yang kita ketahui Kebutuhan
fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan memepertahankan
kebutuhan kehidupan.Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek,
sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.Kebutuhan keamanan sudah
muncul sejak bayi, dalam bentuk menangis ketika bayi mendapat perlakuan yang
kasar.
Dalam cerpen ini tokoh ‘aku’ dala
memenuhi kebutuhan keamanan yaittu dengan menghindarkan diri ketika polosi
mengejarnya karena dia dituduh telah mencuri senja dan membawanya lari di dalam
mobil, akan tetapi tokoh ‘aku’ /pengarang berhasil lolos dan mendapatkan rasa
aman setelah masuk ke dalam sebuah gorong-gorong. Seperti yang terlihat pada
kutipan.
“Terjadi
kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan
cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku
alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di
bawah tanah”.
“Aku
tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong
yang terbuka”.
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh ‘aku’
memenuhi kebutuhan keamanan dari incaran polisi telah terpenuhi dengan dia
bersembunyi di dalam sebuah gorong-gorong yang gelap.
3. Kebutuhan dimiliki dan cinta
Inti dari kebutuhan dimiliki dan
cinta adalah perasaan tulus seseorang kepada lawan jenis sehingga membuat
seseorang selalu ingin membahagiakan pasangannya.
Dalam cerpen ini tokoh aku dalam
memenuhi kebutuhan dimiliki dan cinta yaitu dengan mengirimkan sepotong surat
yang berisi kerinduannya kepada seorang perempuan yang bernama Alina. Seperti
terlihat dalam kutipan.
“Alina
tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?”.
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?”.
Dan kutipan pada akhir
cerpen tersebut.
“Dengan
ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan
terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia”.
Jadi dapat dianalogikan
bahwa dalam cerpen tersebut tokoh ‘aku’/ pengarang untuk memenuhi kebutuhan
dimiliki dan cinta yaitu dengan mengungkapkan kata-kata cinta dan mencoba memberikan
sesuatu yang indah kepada orang yang dia sayangi (Alina).
4. Kebutuhan harga diri (self esteem)
Dalam
cerpen ini tokoh ‘aku’/ pengarang dalam memenuhi kebutuhan harga diri yaitu
dengan memanjakan diri dengan menikmati keindahan alam dan semuanya terpuaskan
juga setelah ada sesuatu untuk membahagiakan orang yang disayangi telah
berhasil didapatkan. Seperti terlihat dalam kutipan.
“Setelah itu aku berjalan pulang dengan
perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja
yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari
libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas
pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari
memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini
memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana”.
Dari kutipan tersebut tampak bahwa tokoh ‘aku’ kebutuhan
akan harga dirinya terpenuhi dengan perasaan senang karena telah berhasil
mendapatkan sesuatu yang dinilai berharga yang akan diberikan kepada orang yang
dicintainya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Untuk memenuhi kebeutuhan meta
dalam bentuk aktualisasi diri, tokoh ‘aku’ dalam cerpen tersebut mencoba
mengungkapkan perasaan cinta dan rindunya kepada orang yang disayanginya
melalui kiriman sebuah surat yang berisi sepotong senja yang didapatkan dari
sebuah pantai dengan usaha yang cukup melelahkan bahkan hampir meregang nyawa
dibalik beringasnya kejaran polisi terhadapnya yang dituduh telah mencuri senja
dan membawanya lari.
Akan tetapi di sisi lain pengarang
mengaktualisasikan diri dalam tokoh ‘aku’ pada cerpen tersebut untuk
mengungkapkan perasaan yang mengganjal di hatinya tentang seseorang yang
disayanginya yang sampai saat ini keduanya belum bisa bersama dan itu tetap
menjadi sebuah angan karena jarak yang memisahkan. Akan tetapi pengarang
melalui tokoh ‘aku’ dalam cerpen tersebut mampu mengungkapkan perasaan rindunya
sebagai bentuk aktualisasi diri akan cintanya kepada seorang gadis yang pada
akhirnya akan tetap dibaca oleh orang yang disayangi tersebut mewakili
perasaan/rindu pengarang terhadapnya.
C. Makna Secara Struktural dari Cerpen
sepotong senja untuk pacarku
Strukturalisme
mencoba mengapresiasi sebuah teks sastra dengan memahami hubungan dari setiap
unsur yang ada, karena sulit rasanya untuk menemukan isi dari cerpen ini tanpa
melalui pendekatan struktural. Pendekatan struktural ini bertalian erat dengan
teori semiotik.
Menurut
Saussure, sistem tanda memiliki dua unsur yang tidak dapat dipisahkan yaitu
penanda dan petanda. Penanda dapat berupa bunyi-bunyi ujaran atau huruf-huruf
tulisan, sedang petanda adalah unsur konseptual, gagasan, atau makna yang
terkandung dalam penanda tersebut.
Dalam
cerpen tersebut makna senja itu sebagai cincin pengikat dalam suatu hubungan
antara tokoh “Aku” dan kekasihnya, Alina. Di paragraf ke-dua disebutkan penanda
berupa “pantai” dimana secara denotasi, pantai ialah batas antara darat dan
laut, seperti hubungan mereka yang berada dalam batas antara berpacaran dengan
menikah. Jadi, senja yang ada di pantai ibarat cincin pengikat dalam sebuah
hubungan atau bisa dibilang cincin yang akan dijadikan cincin pernikahan.
Potongan kalimat “cahayanya merah keemas-emasan” dan “cahaya senja yang
keemasan itu berbinar dalam saku” memperkuat makna jika senja yang dimaksud
adalah cincin pernikahan yang mewah dan mahal. Lalu tokoh “Aku” menceritakan
bagaimana prosesnya mendapatkan cincin itu, ialah dengan mencuri cincin di
sebuah tempat. “lautan adalah cairan logam” adalah penanda kumpulan dari
perhiasan atau cincin khususnya, dan “semesta adalah sapuan warna keemasan”
yaitu kemilau yang dihasilkan oleh kumpulan perhiasan atau cincin tersebut.
Kemudian tokoh “Aku” mengambil cincin itu dan menempatkannya pada “empat sisi”
yang dimaksud yaitu kotak cincin berwarna ungu lalu memasukkannya ke dalam
saku. Kemudian orang-orang ribut karena cincin telah hilang dan cakrawala berlubang
sebesar kartu pos dalam arti ada celah di kumpulan perhiasan itu. Hal tersebut
menunjukkan betapa berharganya cincin itu sehingga tokoh “Aku” berpikir
bagaimana seandainya cincin dibuat yang tiruan dan dijual murah, pasti
orang-orang tak akan gaduh karena kehilangannya. Namun makna senja sebagai
“cincin” bergeser menuju makna sebenarnya, yaitu senja sebagai suatu keindahan
alam dimana orang-orang kota tak pernah pedulikan karena sibuk dengan urusannya
masing-masing. Ini diperkuat dengan kalimat “senja cuma penting untuk turis
yang suka memotret matahari terbenam”.
Namun
di tengah aksi kejar-kejarannya dengan polisi, tokoh “Aku” ini meninggal dunia.
Setelah ia turun ke tempat di ujung gorong-gorong, ia mengikuti cahaya. Tempat
yang ia lihat mirip dengan tempat dimana ia mengambil senja, dan itu adalah
dunia imajinasinya, bukan lagi dunia fakta yang sebelumnya ia lewati. Buktinya
adalah “disana tak ada manusia, hewan, apalagi keramaian”. Terlebih tokoh “Aku”
mengatakan, “senja yang bergetar melawan takdir” yang artinya cincin itu ikut
hanyut dalam situasi tokoh “Aku” yang melawan ajal.
Setelah
itu ia membayangkan membawa senja dari tempat sunyi itu dan meletakkannya di
saku yang satunya. Setelah ia naik kembali ke atas gorong-gorong, semua
keributan yang tadi terjadi seolah-olah lenyap seketika, ia pun seperti
terlahir kembali di dunia baru namun dengan visualisasi tempat yang sama. Ini
berarti ia memang sudah menjadi roh dan tidak ada satupun yang melihatnya.
Kalaupun bisa, pasti polisi sudah menunggu di luar dan memblokir seluruh jalan.
“dua senja di saku kiri dan kanan” menyiratkan makna dua cincin mempelai
laki-laki dan perempuan. Lalu pada kalimat, “kupasang senja yang dari
gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas
kukirimkan senja yang asli ini untukmu, lewat pos.” Maksudnya adalah bahwa ia
dapat memakai cincin yang ia dapat dari tempat berbeda dan mengirimkan cincin
yang didapat dari tempat pertama pada Alina. Namun sayang itu adalah dari alam
imajinasinya saja, sedangkan cincin yang diperuntukkan bagi Alina hanya dapat
ia tinggalkan karena ia sudah meninggal.
Bukti
kalau ia sudah meninggal ada pada penggalan kutipan kalimat terakhir: “dengan
ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan
terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia”. namun ada
kemungkinan dari awal cerita ia memang sudah tiada, seperti potongan kalimat di
paragraf kedua yang berbunyi: “ ....selalu saja membuat aku mengangankan segala
hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap
tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan”.
IV. Simpulan
Dari
hasil analisis tentang hirarki kebutuhan tersebut penulis menyimpulkan bahwa
hirarki kebutuhan mulai dari kebutuhan dasar fisiologis sampai kebutuhan
aktualisasi diri pada tokoh ‘aku’ pada cerpen sepotong senja untuk pacarku dapat terpenuhi dengan berbagai usaha
yang dilakukan oleh tokoh aku. Bentuk-bentuk kebutuhan tersebut terpenuhi
setelah kebutuhan dasar yang lebih rendah terpenuhi lebih dahulu sebagaimana
konsep dari pada hirarki kebutuhan.
Akan
tetapi sebenarnya semua kebutuhan terebut dapat terpenuhi didasari dengan
konsep aktualisasi diri dari pengarang melalui tokoh ‘aku’ dalam cerpen
tersebut untuk mengungkapkan rasa cinta dan rindunya kepada orang yang
disayanginya.
Daftar Pustaka
Mursal,
Esten. 1990. Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa.
Suyitno.
1986. Sastra, Tata Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta: Hanindita.
Tarigan,
Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Usman,
Efffendi dan Juhaya S. Raja. 1993. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.
Bimo
Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
terimakasih share ilmunya mz,,, sangat membantu.
BalasHapusterimakasih mas. pas banget lagi buntu nyekripsi
BalasHapus