Selasa, 11 Agustus 2015

TINJAUAN PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW DAN APLIKASINYA DALAM ANALISIS CERPEN




TEORI HIRARKI KEBUTUHAN DALAM CERPEN SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
(TINJAUAN PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW)


Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Sastra
Oleh
Abdul Rahim
E1C009009



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013




TEORI HIRARKI KEBUTUHAN DALAM CERPEN SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
(TINJAUAN PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW)
                                                            Abstrak
Penelitian ini difokuskan pada tingkatan kebutuhan tokoh ‘aku’ dalam cerpen sepotong senja untuk pacarku yang ditinjau dari psikologi humanistic Abraham Maslow. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkatan kebutuhan dari tokoh ‘aku’ serta aktualisasi dirinya dan untuk mengetahui makna secara structural dari cerpen sepotong senja untuk pacarku.
Landasan teori pada penelitian ini yaitu teori hirarki kebutuhan psikologi humanistik Abraham Maslow. Bentuk kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan dimiliki dan cinta , kebutuhan harga diri serta kebutuhan akan aktualisasi diri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif berupa studi pustaka pada cerpen sepotong senja untuk pacarku, cerpen sepotong senja untuk pacarku dianalisis berdasarkan teori hirarki kebutuhan psikologi humanistic Abraham Maslow, kemudian data-data hasil penelitian disajikan dengan perumusan bahasa sendiri.
Dari analisis yang telah dilakukan, kebutuhan fisiologis dari tokoh ‘aku’ terpenuhi dengan pemuasan bathin dengan melihat pemandangan yang indah, kebutuhan keamanan terpenuhi dengan mengghindari kejaran polisi dan bersembunyi di sebuah gorong-gorong, kebutuhan dimiliki dan cinta terpenuhi dengan mengirimkan sepotong surat yang berisi sepotong senja yang diharapkan bisa membahagiakan sang kekasih, kebutuhan harga diri terpenuhi dengan perasaan senang setelah berhasil mendapatkan sesuatu yang akan deberikan kepada sang kekasih, kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi dengan pengungkapan kata cinta dan rindu pengarang kepada sang kekasih melalui cerpen tersebut.
Sedangkan makna secara structural dari cerpen sepotong senja untuk pacarku ini yaitu ungkapan cinta dan rindu pengarang dalam sepotong surat yang berisi senja yang merupakan analogi dari sebuah cincin yang dicuri dan akan diberikan kepada kekasihnya sebagai bentuk rasa cinta tokoh ‘aku’.
I.     Pendahuluan
A. Latar Belakang
Karya sastra adalah alat penyampaian ide-ide imajinatif pengarang yang berfungsi sebagai hiburan yang di dalamnya terdapat pesan-pesan khusus yang berguna menambah pengalaman batin pembacanya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial yang saling melengkapi dalam kedirian mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sebagai bentuk seni, kelahiran karya sastra bersumber dari kehidupan yang penuh dengan tata nilai dan pada gilirannya karya sastra akan memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai.
Setiap cipta seni yang dibuat dengan kesungguhan tentu mengandung keterikatan yang kuat dengan kehidupan, karena manusia pelahir cipta seni tersebut adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Sastra sebagai produk kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, filosofi, religi dan sebagainya.
Sastra tidak saja lahir karena fenomena-fenomena kehidupan yang lugas, tetapi juga dari kesadaran penulisnya. Sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, fiktif dan inventif juga harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan. Sastrawan ketika menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi juga berkehendak untuk menyampaikan pikiran-pikirannya, pendapatpendapatnya, kesan-kesannya terhadap sesuatu. Sastrawan harus berdiri dalam kehadiran nilai-nilai yang terangkum dalam kehidupan manusia (Suyitno, 1986: 3).
Sebuah cipta sastra biasanya menampilkan masalah manusia dan kemanusiaan, makna hidup dan kehidupan.Ia melukiskan penderitaanpenderitaan manusia, perjuangannya, kasih sayang dan kebenaran, napsu dan segala yang dialami manusia (Mursal Esten, 1990: 8).
Karya sastra menjadi obyek bagi pengarang dalam mengungkapkan gejolak emosinya, misalnya perasaan sedih, kecewa, senang dan lain sebagainya. Melalui karyanya itu pembaca diajak masuk dalam pengalaman batin pengarangnya. Seorang pengarang harus dapat melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh dengan sebaik-baiknya (Tarigan, Henry Guntur, 1985: 138-139).
Kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam cerpen dihidupkan oleh tokohtokoh sebagai pemegang peran watak. Melalui tingkah laku dan sikap para tokoh yang ditampilkan inilah seorang pengarang melukiskan kehidupan manusia dengan persoalan-persoalan atau konflik-konflik yang terjadi dengan orang lain atau bahkan dengan dirinya sendiri, sehingga karya sastra juga menggambarkan kejiwaan manusia. Pengarang memegang peranan penting dalam penciptaan watak tokoh yang dilukiskan dalam karya sastra.
Cerpen sepotong senja untuk pacarku karya Seno Gumira Ajidarma ini dimuat pada harian Kompas, 9 Februari 1991. Serta  dimuat kembali dalam Pelajaran Mengarang (Cerpen Pilihan Kompas 1993). Cerpen ini merupakan salah satu bagian dari buku kumpulan cerpen ‘sepotong senja untuk pacarku’ yang juga merupakan buah karya dari Seno Gumira Ajidarma dan cerpen ini sekaligus menjadi judul dan awal dari sebuah cerita yang berkelanjutan pada cerpen-cerpen selanjutnya dalam buku kumpulan cerpen tersebut. Adapun judul-judul dari cerpen dalam buku kumpulan cerpen tersebut antara lain,  1.Sepotong Senja untuk Pacarku, 2. Jezebel, 3. Ikan Paus Merah, 4. Kunang-Kunang Mandarin, 5. Rumah Panggung di Tepi Pantai, 6. Peselancar Agung, 7. Hujan, Senja, dan Cinta, 8. Senja Hitam Putih, 9. Mercusuar, 10. Anak-Anak Senja, 11. Senja yang Terakhir, 12. Jawaban Alina, 13. Tukang Pos dalam Amplop.
Dalam cerpen sepotong senja untuk pacarku ini pengarang mencoba mengungkapkan pikiran dan daya imajinatifnya dalam mengungkapkan perasaan cinta dan rindunya kepada orang yang disayangi melalui sepotong surat yang berisi kata-kata cinta dibarengi dengan pemberian sepotong senja yang diharapkan bisa membahagiakan sang kekasih dan itu juga mewakili perasaan cinta dan rindu pengarang kepadanya.
Penulis mearasa tertarik untuk menganalisis tokoh aku (pengarang) dalam cerpen ini karena kata-kata yang digunakan tokoh aku dalam cerpen ini berisi kata-kata romantis yang berupa sebuah cerita dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada seorang yang disayangi (Alina), ditambah dengan gaya imajinatif pengarang dalam menggambarkan benda-benda alam sebagai makna yang abstrak yang mewakili bentuk yang lain dalam dunia yang sebenarnya.
B. Rumusan Masalah dan Tujuan
       Adapun masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini yaitu bagaimana konsep hirarki kebutuhan dan bentuk pemenuhannnya serta aktualisasi diri tokoh aku dalam cerpen sepotong senja untuk pacarku yang ditinjau dari aspek psikologi humanistik Abraham Maslow.
       Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk-bentuk kebutuhan dasar serta pemenuhannya/pemuasannya serta aktualisasi diri oleh tokoh Aku dalam cerpen sepotong senja untuk pacarku. Selain itu untuk mengetahui makna tersirat dari cerpen sepotong senja untuk pacarku ini.
II.  Kajian Teori dan Metode
Adapun teori yang digunakan dalam tulisan ini yaitu konsep hirarki kebutuhan dalam psikologi humanistic yang dicetuskan oleh Abraham Maslow.  Maslow melukiskan bahwa manusia tidak pernah dalam keadaan yang sepenuhnya puas, bagi manusia kepuasan itu sifatnya sementara. Jika satu kebutuhan telah dipuaskan, maka kebutuhan-kebutuhan yang lain akan muncul dan menuntut kepuasan.
Menurut Maslow kebutuhan yang ada pada manusia adalah bawaan, tersusun secara bertingkat dan kebutuhan yang ada di tingkat dasar, pemuasannya lebih mendesak daripada kebutuhan yang ada diatasnya. Berikut ini perincian dari kelima tingkat kebutuhan yang dimaksud oleh Maslow.

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup, kebutuhan-kebutuhan ini antara lain makanan, air, istirahat, seks, dan kebutuhan akan adanya stimulasi sensoris, karena kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendesak, maka kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang akan didahulukan pemuasannya oleh individu, dan jika kebutuhan ini belum terpuaskan maka individu tidak akan tergerak untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Apabila kebutuhan fisiologis telah terpuaskan maka dari dalam individu akan muncul suatu kebutuhan yang lebih dominan dan menuntut pemuasan, yakni kebutuhan akan rasa aman. Yang dimaksud kebutuhan akan rasa aman adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan rasa aman sangat nyata dan bisa diamati pada bayi dan
anak-anak, sebagai contoh seorang bayi akan menangis apabila dia mendengar suara keras atau cahaya yang menyilaukan, tetapi dengan pengalaman belajarnya ia akan memiliki persepsi bahwa semua itu ternyata tidak membahayakan dan bayitersebut tidak akan takut lagi karena pengalamannya itu.
3. Kebutuhan akan dimiliki dan cinta
Kebutuhan ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untukmengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baikdengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluargamaupun di dalam masyarakat, Maslow dengan tegas menolak pendapat Freudyang menyatakan cinta dan afeksi berasal dari naluri seksual yang disublimasikan,bagi Maslow cinta dan seks adalah dua hal yang berbeda. Maslow juga menekankan bahwa kebutuhan akan cinta itu mencakup keinginan untuk mencintai dan dicintai, ia juga menyimpulkan bahwa antara kepuasan cinta dan afeksi pada masa kanak-kanak dan kesehatan mental di masa dewasa terdapat korelasi yang signifikan.
4. Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan ini oleh Maslow dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri sebagai contoh, rasa percaya diri, kemandirian, kekuatan pribadi dan hal-hal lain. Dalam hal ini individu ingin mengetahui atau yakin dirinya berharga serta mampu mengatasi segala rintangan dalam hidupnya. Bagian kedua yaitu penghargaan atas apa yang yang telah dilakukannya, dalam hal ini individu butuh penghargaan atas apa yang telah dia raih.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Maslow menandai bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya, atau hasrat dari individu untuk menyempurnakan dirinya melalui segenap potensi yang dimilikinya. Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri adalah merupakan kebutuhan manusia yang tertinggi dalam teori Maslow, kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan yang ada
di bawahnya telah terpuaskan dengan baik. Bentuk aktualisasi diri berbeda-bedaantara individu satu dengan yang lain.
Maslow mengakui bahwa untuk mencapai tahap aktualisasi diri tidaklah mudah, karena upaya ke arah itu banyak sekali hambatannya, hambatan itu berasal dari dalam individu itu sendiri antara lain ketidak tahuan, keraguan, dan rasa takut,hambatan yang kedua berasal dari luar diri individu atau dari masyarakat, danhambatan yang terakhir atas upaya aktualisasi diri adalah pengaruh negatif yangditimbulkan oleh kebutuhan yang kuat akan rasa aman, seperti yang diketahui
proses menuju kematangan memerlukan kesediaan individu untuk mengambil resiko dan melepaskan kebiasaan yang tidak konstruktif, kesemuanya itu memerlukan keberanian. Individu atau seseorang yang kebutuhan akan rasa amannya terlalu kuat tentu akan takut untuk mengambil resiko-resiko, ketakutan itu akan mendorong individu untuk bergerak mundur menuju pemuasan kebutuhan akan rasa aman.
Dapat disimpulkan bahwa pencapaian aktualisasi diri membutuhkan kondisi lingkungan yang menunjang juga adanya keberanian dan keterbukaan individu untuk menerima gagasan-gagasan baru dan pengalaman-pengalaman baru (E. Koeswara, 1986: 119-127).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif berupa kajian studi pustaka terhadap cerpen sepotong senja untuk pacaraku karya Seno Gumira Ajidarma yang didukung juga dengan data-data penelitian yang berkaitan dengan cerpen tersebut baik itu dari segi strukturalnya, makna semiotik dari cerpen tersebut maupun kajian psikologi sastra dari cerpen tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sumber-sumber yang tertulis yang relevan dengan masalah dalam penelitian ini. Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis melalui beberapa tahapan, tahapan-tahapan ini merupakan satu kesatuan yang berurutan.

III.   Pembahasan
A.  Sinopsis Cerpen sepotong senja untuk pacarku
 Cerpen karangan Seno Gumira Ajidarma ini bercerita tentang usaha seorang pria yang ingin sekali mengirimkan sepotong senja untuk pacarnya, Alina. Ia memilih senja itu karena baginya, kata-kata tidaklah cukup berarti untuk mewakili perasaannya dan senja itulah yang diimpikan oleh kekasihnya itu selama ini. Lalu di suatu pantai yang indah dengan pemandangan syahdu membuatnya ingin mengambil senja itu. Namun, usahanya mengambil senja ternyata tak semulus yang ia kira, bahkan polisi dan masyarakat pada ribut karena kehilangan senja. Di tengah pelariannya, ia bertemu dengan gelandangan di bawah gorong-gorong. Gelandangan itu menyuruhnya bersembunyi agar aman dari kejaran polisi. Tiba-tiba ia menemukan sebuah tempat yang mirip dengan tempat dimana ia mengambil senja tadi. Namun disana tampak sangat sepi, tak ada manusia, hewan, apalagi keramaian. Iapun memutuskan untuk mengambil senja yang ada disana dan menyimpan di saku yang satunya lalu kembali meninggalkan gorong-gorong dan naik ke bumi. Diluar dugaan ternyata keadaan diatas sudah tak sekacau tadi, bahkan mobilnya tampak habis dicuci. Ia juga sempat melahap pizza dan segera melajukan mobilnya. Ia memasangkan senja yang dari gorong-gorong itu dan ternyata cocok. Sedangkan senja yang ia dapat dari tempat pertama ia kirimkan lewat pos. Ia jadi ingat, gorong-gorong itu pasti akan menjadi gelap karena ia telah mengambil senja itu untuk pacarnya dan semua orang akan memperbincangkan itu kelak. Terakhir iapun berpesan agar kekasihnya itu menjaga baik-baik senja yang ia berikan.
B.  Hirarki Kebutuhan Tokoh Aku dalam Cerpen sepotong senja untuk pacarku
1.      Kebutuhan Fisiologis
konsep fisiologis harus dipuaskan oleh pemuas yang seharusnya; tetapi ada juga kebutuhan yang dapat dipuaskan dengan pemuas yang lain. misalnya orang yang tidak terpuaskan cintanya, merasa kurang puas secara fisiologis sehingga terus-menerus makan untuk memuaskannya.
Begitu juga pada cerpen ini, pengarang/tokoh ‘aku’ untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya yaitu dengan berjalan-jalan keluar untuk menghirup udara segar dan memuaskan bathin dengan melihat pemandangan yang indah di tepi pantai. Seperti terlihat dalam kutipan.
“Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya”.
Dari kutipan tersebut, terlihat tokoh ‘aku’ dalam cerpen tersebut dalam memenuhi kebutuhan fisiologisnya yaitu dengan duduk-duduk di tepi pantai sambil menikmati indahnya senja.
2.      Kebutuhan akan rasa aman
Seperti yang kita ketahui Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan memepertahankan kebutuhan kehidupan.Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.Kebutuhan keamanan sudah muncul sejak bayi, dalam bentuk menangis ketika bayi mendapat perlakuan yang kasar.
Dalam cerpen ini tokoh ‘aku’ dala memenuhi kebutuhan keamanan yaittu dengan menghindarkan diri ketika polosi mengejarnya karena dia dituduh telah mencuri senja dan membawanya lari di dalam mobil, akan tetapi tokoh ‘aku’ /pengarang berhasil lolos dan mendapatkan rasa aman setelah masuk ke dalam sebuah gorong-gorong. Seperti yang terlihat pada kutipan.
“Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah”.
“Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka”.
            Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh ‘aku’ memenuhi kebutuhan keamanan dari incaran polisi telah terpenuhi dengan dia bersembunyi di dalam sebuah gorong-gorong yang gelap.
3.      Kebutuhan dimiliki dan cinta
Inti dari kebutuhan dimiliki dan cinta adalah perasaan tulus seseorang kepada lawan jenis sehingga membuat seseorang selalu ingin membahagiakan pasangannya.
Dalam cerpen ini tokoh aku dalam memenuhi kebutuhan dimiliki dan cinta yaitu dengan mengirimkan sepotong surat yang berisi kerinduannya kepada seorang perempuan yang bernama Alina. Seperti terlihat dalam kutipan.
“Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?”.
Dan kutipan pada akhir cerpen tersebut.
“Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia”.
Jadi dapat dianalogikan bahwa dalam cerpen tersebut tokoh ‘aku’/ pengarang untuk memenuhi kebutuhan dimiliki dan cinta yaitu dengan mengungkapkan kata-kata cinta dan mencoba memberikan sesuatu yang indah kepada orang yang dia sayangi (Alina).
4.      Kebutuhan harga diri (self esteem)
Dalam cerpen ini tokoh ‘aku’/ pengarang dalam memenuhi kebutuhan harga diri yaitu dengan memanjakan diri dengan menikmati keindahan alam dan semuanya terpuaskan juga setelah ada sesuatu untuk membahagiakan orang yang disayangi telah berhasil didapatkan. Seperti terlihat dalam kutipan.
           “Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana”.
            Dari kutipan tersebut tampak bahwa tokoh ‘aku’ kebutuhan akan harga dirinya terpenuhi dengan perasaan senang karena telah berhasil mendapatkan sesuatu yang dinilai berharga yang akan diberikan kepada orang yang dicintainya.
5.      Kebutuhan aktualisasi diri
Untuk memenuhi kebeutuhan meta dalam bentuk aktualisasi diri, tokoh ‘aku’ dalam cerpen tersebut mencoba mengungkapkan perasaan cinta dan rindunya kepada orang yang disayanginya melalui kiriman sebuah surat yang berisi sepotong senja yang didapatkan dari sebuah pantai dengan usaha yang cukup melelahkan bahkan hampir meregang nyawa dibalik beringasnya kejaran polisi terhadapnya yang dituduh telah mencuri senja dan membawanya lari.
Akan tetapi di sisi lain pengarang mengaktualisasikan diri dalam tokoh ‘aku’ pada cerpen tersebut untuk mengungkapkan perasaan yang mengganjal di hatinya tentang seseorang yang disayanginya yang sampai saat ini keduanya belum bisa bersama dan itu tetap menjadi sebuah angan karena jarak yang memisahkan. Akan tetapi pengarang melalui tokoh ‘aku’ dalam cerpen tersebut mampu mengungkapkan perasaan rindunya sebagai bentuk aktualisasi diri akan cintanya kepada seorang gadis yang pada akhirnya akan tetap dibaca oleh orang yang disayangi tersebut mewakili perasaan/rindu pengarang terhadapnya.

C.  Makna Secara Struktural dari Cerpen sepotong senja untuk pacarku
Strukturalisme mencoba mengapresiasi sebuah teks sastra dengan memahami hubungan dari setiap unsur yang ada, karena sulit rasanya untuk menemukan isi dari cerpen ini tanpa melalui pendekatan struktural. Pendekatan struktural ini bertalian erat dengan teori semiotik.
Menurut Saussure, sistem tanda memiliki dua unsur yang tidak dapat dipisahkan yaitu penanda dan petanda. Penanda dapat berupa bunyi-bunyi ujaran atau huruf-huruf tulisan, sedang petanda adalah unsur konseptual, gagasan, atau makna yang terkandung dalam penanda tersebut.
Dalam cerpen tersebut makna senja itu sebagai cincin pengikat dalam suatu hubungan antara tokoh “Aku” dan kekasihnya, Alina. Di paragraf ke-dua disebutkan penanda berupa “pantai” dimana secara denotasi, pantai ialah batas antara darat dan laut, seperti hubungan mereka yang berada dalam batas antara berpacaran dengan menikah. Jadi, senja yang ada di pantai ibarat cincin pengikat dalam sebuah hubungan atau bisa dibilang cincin yang akan dijadikan cincin pernikahan. Potongan kalimat “cahayanya merah keemas-emasan” dan “cahaya senja yang keemasan itu berbinar dalam saku” memperkuat makna jika senja yang dimaksud adalah cincin pernikahan yang mewah dan mahal. Lalu tokoh “Aku” menceritakan bagaimana prosesnya mendapatkan cincin itu, ialah dengan mencuri cincin di sebuah tempat. “lautan adalah cairan logam” adalah penanda kumpulan dari perhiasan atau cincin khususnya, dan “semesta adalah sapuan warna keemasan” yaitu kemilau yang dihasilkan oleh kumpulan perhiasan atau cincin tersebut. Kemudian tokoh “Aku” mengambil cincin itu dan menempatkannya pada “empat sisi” yang dimaksud yaitu kotak cincin berwarna ungu lalu memasukkannya ke dalam saku. Kemudian orang-orang ribut karena cincin telah hilang dan cakrawala berlubang sebesar kartu pos dalam arti ada celah di kumpulan perhiasan itu. Hal tersebut menunjukkan betapa berharganya cincin itu sehingga tokoh “Aku” berpikir bagaimana seandainya cincin dibuat yang tiruan dan dijual murah, pasti orang-orang tak akan gaduh karena kehilangannya. Namun makna senja sebagai “cincin” bergeser menuju makna sebenarnya, yaitu senja sebagai suatu keindahan alam dimana orang-orang kota tak pernah pedulikan karena sibuk dengan urusannya masing-masing. Ini diperkuat dengan kalimat “senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam”.
Namun di tengah aksi kejar-kejarannya dengan polisi, tokoh “Aku” ini meninggal dunia. Setelah ia turun ke tempat di ujung gorong-gorong, ia mengikuti cahaya. Tempat yang ia lihat mirip dengan tempat dimana ia mengambil senja, dan itu adalah dunia imajinasinya, bukan lagi dunia fakta yang sebelumnya ia lewati. Buktinya adalah “disana tak ada manusia, hewan, apalagi keramaian”. Terlebih tokoh “Aku” mengatakan, “senja yang bergetar melawan takdir” yang artinya cincin itu ikut hanyut dalam situasi tokoh “Aku” yang melawan ajal.
Setelah itu ia membayangkan membawa senja dari tempat sunyi itu dan meletakkannya di saku yang satunya. Setelah ia naik kembali ke atas gorong-gorong, semua keributan yang tadi terjadi seolah-olah lenyap seketika, ia pun seperti terlahir kembali di dunia baru namun dengan visualisasi tempat yang sama. Ini berarti ia memang sudah menjadi roh dan tidak ada satupun yang melihatnya. Kalaupun bisa, pasti polisi sudah menunggu di luar dan memblokir seluruh jalan. “dua senja di saku kiri dan kanan” menyiratkan makna dua cincin mempelai laki-laki dan perempuan. Lalu pada kalimat, “kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang asli ini untukmu, lewat pos.” Maksudnya adalah bahwa ia dapat memakai cincin yang ia dapat dari tempat berbeda dan mengirimkan cincin yang didapat dari tempat pertama pada Alina. Namun sayang itu adalah dari alam imajinasinya saja, sedangkan cincin yang diperuntukkan bagi Alina hanya dapat ia tinggalkan karena ia sudah meninggal.
Bukti kalau ia sudah meninggal ada pada penggalan kutipan kalimat terakhir: “dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia”. namun ada kemungkinan dari awal cerita ia memang sudah tiada, seperti potongan kalimat di paragraf kedua yang berbunyi: “ ....selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan”.
IV.   Simpulan
Dari hasil analisis tentang hirarki kebutuhan tersebut penulis menyimpulkan bahwa hirarki kebutuhan mulai dari kebutuhan dasar fisiologis sampai kebutuhan aktualisasi diri pada tokoh ‘aku’ pada cerpen sepotong senja untuk pacarku dapat terpenuhi dengan berbagai usaha yang dilakukan oleh tokoh aku. Bentuk-bentuk kebutuhan tersebut terpenuhi setelah kebutuhan dasar yang lebih rendah terpenuhi lebih dahulu sebagaimana konsep dari pada hirarki kebutuhan.
Akan tetapi sebenarnya semua kebutuhan terebut dapat terpenuhi didasari dengan konsep aktualisasi diri dari pengarang melalui tokoh ‘aku’ dalam cerpen tersebut untuk mengungkapkan rasa cinta dan rindunya kepada orang yang disayanginya.
Daftar Pustaka
Mursal, Esten. 1990. Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta: Hanindita.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Usman, Efffendi dan Juhaya S. Raja. 1993. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa.
Bimo Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

2 komentar:

  1. terimakasih share ilmunya mz,,, sangat membantu.

    BalasHapus
  2. terimakasih mas. pas banget lagi buntu nyekripsi

    BalasHapus

Jalan Sunyi Si Pendidik

sumber :digaleri.com Baim Lc*  Dia tertegun, matanya tertuju pada amplop yang dibagikan oleh pihak komite tadi pagi. Nominal ya...