Selasa, 11 Agustus 2015

Cerpen (sekenanya)



Gelar yang Tak Dirindukan


Kalau kemarin lagi heboh-hebohnya membicarakan Surga yang Tak Dirindukan, mungkin ini tak lebih kecewa juga dengan cerita di Novel tersebut. Saya kenal baik dengannya sejak kelas satu SMA, orangnya baik dan tidak egois, sering mengutamakan kepentingan bersama dari pada dirinya sendiri, cukup Alim juga dalam masalah Agama, mungkin lebih Alim dariku ( Yang bilang saya Alim siapa juga?,, :v ). suatu waktu dia tertarik dengan salah seorang siswi kelas lain, dalam hal perasaan dia cukup tertutup orangnya, padahal kalau saja dia cerita mungkin saya bisa bantu, setidaknya bantu dengan doa, karena saya juga tak pernah bersambut dengan orang tempat saya naksir.
Dia menceritakan tentang perempuan tempatnya menaruh hati kepadaku setelah 5 tahun kami selesai dari SMA. Secara tidak sengaja bertemu di acara walimah-an pernikahan salah seorang teman, lalu mengajakku berkunjung ke rumahnya, entah apa yang memicu, tiba-tiba pembicaraan mengarah tentang jodoh dan perjuangan sejauh ini. Momennya cukup bagus malam itu, dengan rembulan yang cukup terang, angin berhembus dari hutan sekitar rumahnya terasa sejuk. setelah menghirup kopinya beberapa teguk dia mulai bercerita, yana, gadis dengan lesung pipi, dia mulai menyimpan rasa sejak semester 1 di SMA, hingga semester 2 berakhir ketika kelas 1, dia belum juga mengungkapkan perasaannya pada gadis lesung pipi itu.
Kelas 2, dia pun satu program dengan gadis tersebut, kesempatan yang cukup bagus untuknya lebih intens melakukan pendekatan, pikirku. Namun, justru dia satu kelas semakin rapat dipendam perasaan tersebut, bahkan bertegur sapa sangat jarang dilakukan, dia orang yang cukup tangguh memendam perasaannya sendiri terhadap orang yang dia suka. Hingga semester 6 berakhir pun dia tak kunjung mengungkapkannya, beruntungnya juga sang gadis (kayaknya) jarang terlihat bergaul dengan teman cowok, mungkin saja dia cukup baik menjaga diri untuk tidak memiliki teman dekat pria.
Entah kenapa malam itu dia menceritakan semuanya kepada kami, ketika memasuki jenjang perkuliahan dia melanjutkan studi di kota yang sama, namun beda institusi. Dia melanjutkan ke PTN, sedang si gadis di Institusi keguruan swasta. Di jenjang perkuliahan inilah dia memulai pendekatan dengan si gadis, berhubung telah kenal di waktu SMA, si gadis tak merasa canggung untuk saling kontak jika membutuhkan pertolongan. Dia masih juga menyimpan perasaannya walaupun sudah begitu dekat di rantauan ilmu, sinyal dari si gadis tampak semakin jelas, bahwa dia juga merasakan hal yang sama pada perasaannya, setidaknya begitu persepsi dari teman saya. Hubungan merekapun semakin dekat, tanpa satu pun jujur mengungkapkan perasaan, namun dari tingkah menunjukkan bahwa mereka terlihat mempunyai hubungan spesial, di dunia maya pun sering saling tag.
Teman itu pun melanjutkan ceritanya, tiba saatnya ketika mereka disibukkan dengan tugas akhir masing-masing, mulai jarang bertemu, sesekali saling sms meminta bantuan, kebetulan jurusan mereka tidak jauh beda, teman itu mengambil jurusan sains murni, sedang si gadis sains pendidikan. Kedekatan mereka mulai memudar, mendekati selesainya tugas akhir, mereka semakin sibuk dengan jalan masing-masing, persis hilang kontak antara mereka, itu pun berlanjut sampai mereka selesai kuliah.
" Dia orang pertama yang membuat saya jatuh hati, dia juga yang pertama menjadi teman dekat saya". ungkap kawan tadi.
" ah yang bener, jadi selama ini orang yang deket dengan ente dianggap apa?, tega kau". balasku sekenanya.
" bukan begitu maksud saya khi, perempuan yang pernah menjadi teman dekat dia yang pertama, akan tetapi,,, ". Dia menghentikan ceritanya, seolah-olah ingin berkesan melankolis dengan curhatannya tentang si gadis.
" tetapi apa?". Tampaknya terbawa arus ceritanya, membuatku mendaramatisir ucapannya.
Dia melanjutkan, secara tidak sengaja membongkar profil facebook si gadis karena kiriman yang telah lama berisi foto mereka berdua yang diunggah si gadis  ada yang nge-like dan komentar secara frontal menyebut namanya.
" Na ini ya pengganti yang kemarin?, begitu saya baca komentar dari temannya terkait foto tersebut, saya pun menunggu balasan komentarnya, karena saya tahu dia sedang Online juga". lanjut teman tadi.
" terus apa balasannya?, apakah dia menjawab iya atau bukan?, seharusnya sih ente saja yang komentar bilang iya".
" seandainya saja saya berpikiran kayak gitu waktu itu,  dan ternyata dia balas juga komentar temannya, mau tahu apa balasannya bro?". Dia tidak konsisten dengan panggilannya untukku, tadi panggilannya akhi, sekarang bro.
" kan dari tadi saya mau tahu, makanya nanya terus"
" masak dia balas ke temennya bilang, bukan sayang,  itu mantan saya dulu, padahal bilang cinta aja gak, walaupun bener sih ada rasa juga"
" jadi dia sebut ente sebagai mantannya gitu?"
" iya kurang lebih seperti itu, walaupun sampai sekarang saya masih sering intip profilnya, eneg juga ngeliatnya nulis-nulis status sayang-sayangan terus nge-tag cowoknya"
" haha sabar akhy, itu tandanya anda beruntung tidak mendapatkan gadis alay bin narsis kayak gitu, tapi kita tidak seharusnya memandangnya secara sentimentil pribadi, bayangkan saja seandainya dia nulis kata sayang terus ente yang ditag-in, kira-kira seneng gak?"
" iya lah, itu tandanya dia memang bener-bener sayang sama kita"
" kalau saya ndak akhy, tak perlu lah mengumbar kemesraan di publik, toh juga belum resmi secara syariat dengan hubungan tersebut, bayangkan seandainya tidak jadi, padahal sudah sayang-sayangan, pamer kemesraan, pamer foto, bikin orang iri, tiba-tiba putus, ente kira orang akan prihatin?, malah nyumpahin kayaknya"
" saya memang benar-benar mengharapkannya bro, tetapi setelah lihat-lihat statusnya saling tag sama cowok lain, kenapa saya jadi prihatin ngelihatnya, orang kalem yang dulu saya kenal berubah menjadi narsis dan alay, memang konsep se-Kufu yang ditakdirkan Tuhan benar adanya, orang alay ketemu alay, orang narsis ketemu narsis, dan kita yang biasa-biasa semoga ketemu dengan yang luar biasa". balasnya sambil tersenyum.
" Aamiin, setidaknya persiapkan diri saja dulu, pantaskan diri menjadi lebih baik lagi, seperti kata orang kalau Jodoh tak ke mana, nah kalau ente tanya cewek bilang mau ke mana?, terus dia jawab tak ke mana-mana, berarti itu jodoh sudah, karena jodoh tak ke mana, iya kan?".
" saya curhat serius dari tadi ente nanggepinnya bercanda terus, ndak cocok jadi temen curhat ini"
" curhat saja di atas sajadah, atau kalau ndak ente tulis saja keluhan itu"
" terus?"
" terus kirim deh ke sepertiga malam, sambil nangis, kalau bisa, kalau ndak bisa ya jangan dipaksakan, Tuhan Maha Tahu tangis kita"
" ente sudah coba?"
" rahasia dong, ngapain saya ceritain ente"
suara binatang malam di sekitar persawahan semakin menambah semarak senyapnya malam, kehidupan yang tenang di perdesaan di bawah lereng gunung rinjani. Beberapa teguk lagi habislah segelas kopi teman ngobrol malam itu, selanjutnya beranjak ke dalam rumah teman tadi bergegas tidur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sunyi Si Pendidik

sumber :digaleri.com Baim Lc*  Dia tertegun, matanya tertuju pada amplop yang dibagikan oleh pihak komite tadi pagi. Nominal ya...