Gelar
yang Tak Dirindukan
Kalau
kemarin lagi heboh-hebohnya membicarakan Surga yang Tak Dirindukan, mungkin ini
tak lebih kecewa juga dengan cerita di Novel tersebut. Saya kenal baik
dengannya sejak kelas satu SMA, orangnya baik dan tidak egois, sering
mengutamakan kepentingan bersama dari pada dirinya sendiri, cukup Alim juga
dalam masalah Agama, mungkin lebih Alim dariku ( Yang bilang saya Alim siapa
juga?,, :v ). suatu waktu dia tertarik dengan salah seorang siswi kelas lain,
dalam hal perasaan dia cukup tertutup orangnya, padahal kalau saja dia cerita
mungkin saya bisa bantu, setidaknya bantu dengan doa, karena saya juga tak
pernah bersambut dengan orang tempat saya naksir.
Dia
menceritakan tentang perempuan tempatnya menaruh hati kepadaku setelah 5 tahun
kami selesai dari SMA. Secara tidak sengaja bertemu di acara walimah-an
pernikahan salah seorang teman, lalu mengajakku berkunjung ke rumahnya, entah
apa yang memicu, tiba-tiba pembicaraan mengarah tentang jodoh dan perjuangan
sejauh ini. Momennya cukup bagus malam itu, dengan rembulan yang cukup terang,
angin berhembus dari hutan sekitar rumahnya terasa sejuk. setelah menghirup
kopinya beberapa teguk dia mulai bercerita, yana, gadis dengan lesung pipi, dia
mulai menyimpan rasa sejak semester 1 di SMA, hingga semester 2 berakhir ketika
kelas 1, dia belum juga mengungkapkan perasaannya pada gadis lesung pipi itu.
Kelas
2, dia pun satu program dengan gadis tersebut, kesempatan yang cukup bagus
untuknya lebih intens melakukan pendekatan, pikirku. Namun, justru dia satu
kelas semakin rapat dipendam perasaan tersebut, bahkan bertegur sapa sangat
jarang dilakukan, dia orang yang cukup tangguh memendam perasaannya sendiri terhadap
orang yang dia suka. Hingga semester 6 berakhir pun dia tak kunjung
mengungkapkannya, beruntungnya juga sang gadis (kayaknya) jarang terlihat
bergaul dengan teman cowok, mungkin saja dia cukup baik menjaga diri untuk
tidak memiliki teman dekat pria.
Entah
kenapa malam itu dia menceritakan semuanya kepada kami, ketika memasuki jenjang
perkuliahan dia melanjutkan studi di kota yang sama, namun beda institusi. Dia
melanjutkan ke PTN, sedang si gadis di Institusi keguruan swasta. Di jenjang
perkuliahan inilah dia memulai pendekatan dengan si gadis, berhubung telah
kenal di waktu SMA, si gadis tak merasa canggung untuk saling kontak jika
membutuhkan pertolongan. Dia masih juga menyimpan perasaannya walaupun sudah
begitu dekat di rantauan ilmu, sinyal dari si gadis tampak semakin jelas, bahwa
dia juga merasakan hal yang sama pada perasaannya, setidaknya begitu persepsi
dari teman saya. Hubungan merekapun semakin dekat, tanpa satu pun jujur
mengungkapkan perasaan, namun dari tingkah menunjukkan bahwa mereka terlihat
mempunyai hubungan spesial, di dunia maya pun sering saling tag.
Teman
itu pun melanjutkan ceritanya, tiba saatnya ketika mereka disibukkan dengan
tugas akhir masing-masing, mulai jarang bertemu, sesekali saling sms meminta
bantuan, kebetulan jurusan mereka tidak jauh beda, teman itu mengambil jurusan
sains murni, sedang si gadis sains pendidikan. Kedekatan mereka mulai memudar,
mendekati selesainya tugas akhir, mereka semakin sibuk dengan jalan
masing-masing, persis hilang kontak antara mereka, itu pun berlanjut sampai
mereka selesai kuliah.
"
Dia orang pertama yang membuat saya jatuh hati, dia juga yang pertama menjadi
teman dekat saya". ungkap kawan tadi.
"
ah yang bener, jadi selama ini orang yang deket dengan ente dianggap apa?, tega
kau". balasku sekenanya.
"
bukan begitu maksud saya khi, perempuan yang pernah menjadi teman dekat dia yang
pertama, akan tetapi,,, ". Dia menghentikan ceritanya, seolah-olah ingin
berkesan melankolis dengan curhatannya tentang si gadis.
"
tetapi apa?". Tampaknya terbawa arus ceritanya, membuatku mendaramatisir
ucapannya.
Dia
melanjutkan, secara tidak sengaja membongkar profil facebook si gadis karena
kiriman yang telah lama berisi foto mereka berdua yang diunggah si gadis ada yang nge-like dan komentar secara frontal
menyebut namanya.
"
Na ini ya pengganti yang kemarin?, begitu saya baca komentar dari temannya
terkait foto tersebut, saya pun menunggu balasan komentarnya, karena saya tahu
dia sedang Online juga". lanjut teman tadi.
"
terus apa balasannya?, apakah dia menjawab iya atau bukan?, seharusnya sih ente
saja yang komentar bilang iya".
"
seandainya saja saya berpikiran kayak gitu waktu itu, dan ternyata dia balas juga komentar
temannya, mau tahu apa balasannya bro?". Dia tidak konsisten dengan
panggilannya untukku, tadi panggilannya akhi, sekarang bro.
"
kan dari tadi saya mau tahu, makanya nanya terus"
"
masak dia balas ke temennya bilang, bukan sayang, itu mantan saya dulu, padahal bilang cinta
aja gak, walaupun bener sih ada rasa juga"
"
jadi dia sebut ente sebagai mantannya gitu?"
"
iya kurang lebih seperti itu, walaupun sampai sekarang saya masih sering intip
profilnya, eneg juga ngeliatnya nulis-nulis status sayang-sayangan terus
nge-tag cowoknya"
"
haha sabar akhy, itu tandanya anda beruntung tidak mendapatkan gadis alay bin
narsis kayak gitu, tapi kita tidak seharusnya memandangnya secara sentimentil
pribadi, bayangkan saja seandainya dia nulis kata sayang terus ente yang
ditag-in, kira-kira seneng gak?"
"
iya lah, itu tandanya dia memang bener-bener sayang sama kita"
"
kalau saya ndak akhy, tak perlu lah mengumbar kemesraan di publik, toh juga
belum resmi secara syariat dengan hubungan tersebut, bayangkan seandainya tidak
jadi, padahal sudah sayang-sayangan, pamer kemesraan, pamer foto, bikin orang
iri, tiba-tiba putus, ente kira orang akan prihatin?, malah nyumpahin
kayaknya"
"
saya memang benar-benar mengharapkannya bro, tetapi setelah lihat-lihat
statusnya saling tag sama cowok lain, kenapa saya jadi prihatin ngelihatnya,
orang kalem yang dulu saya kenal berubah menjadi narsis dan alay, memang konsep
se-Kufu yang ditakdirkan Tuhan benar adanya, orang alay ketemu alay, orang
narsis ketemu narsis, dan kita yang biasa-biasa semoga ketemu dengan yang luar
biasa". balasnya sambil tersenyum.
"
Aamiin, setidaknya persiapkan diri saja dulu, pantaskan diri menjadi lebih baik
lagi, seperti kata orang kalau Jodoh tak ke mana, nah kalau ente tanya cewek
bilang mau ke mana?, terus dia jawab tak ke mana-mana, berarti itu jodoh sudah,
karena jodoh tak ke mana, iya kan?".
"
saya curhat serius dari tadi ente nanggepinnya bercanda terus, ndak cocok jadi
temen curhat ini"
"
curhat saja di atas sajadah, atau kalau ndak ente tulis saja keluhan itu"
"
terus?"
"
terus kirim deh ke sepertiga malam, sambil nangis, kalau bisa, kalau ndak bisa ya
jangan dipaksakan, Tuhan Maha Tahu tangis kita"
"
ente sudah coba?"
"
rahasia dong, ngapain saya ceritain ente"
suara
binatang malam di sekitar persawahan semakin menambah semarak senyapnya malam,
kehidupan yang tenang di perdesaan di bawah lereng gunung rinjani. Beberapa
teguk lagi habislah segelas kopi teman ngobrol malam itu, selanjutnya beranjak
ke dalam rumah teman tadi bergegas tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar