IDENTIFIKASI BENTUK PRONOMINA
PERSONA DIALEK NGENO-NGENE DI DESA AIKMEL LOMBOK TIMUR
disusun Oleh:
Nama :Abdul Rahim
Nim : E1C009009
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2011
Abstrak
Tujuan penelitian ini
yaitu, pertama untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dari pronominal persona dari
bahasa sasak dialek ngeno-ngene di
desa aikmel, kecamatan aikmel kabupaten Lombok timur, yang kedua untuk
memaparkan jenis morfem dari pronomina pesona tersebut (morfem bebas atau
terikat).
Metode penelitian ini
bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan struktural. Data penelitian
ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode simak dan dua teknik, yakni
teknik catat dan teknik kerjasama dengan informan. Hal ini berarti, data diperoleh
dari sumber data lisan. Sumber data lisan diperoleh dari informan yang memiliki
kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan metode agih dan teknik yang digunakan adalah teknik BUL (Bagi Unsur
Langsung) dan teknik baca markah. Hasil analisis disimpulkan secara induktif.
Berdasarkan pennelitian
yang telah dilakukan, bentuk-bentuk pronominal persona pertama tunggal bahasa
sasak aikmel yaitu eku, tiang yang
merupakan morfem bebas dengan variasi
ku- dan –ku (eku) yang merupakan
morfem terikat, dan tiang tidak memiliki variasi. Persona pertama jamak yaitu ite dan selapuqte dengan variasi te-
dan –te, juga merupakan klitik morfem
terikat.
Adapun persona kedua
tunggal yaitu ante, kemu, dan side juga merupakan morfem bebas, dengan
variasi -meq, -bi, dan –de, yang ketiga variasi tersebut
merupakan klitik morfem terikat. Bentuk jamak dari persona kedua tunggal yaitu selapuqmeq, selapuqbi, dan selapuqde.
Sedangkan bentuk
persona ketiga tunggal yaitu, ya
(morfem bebas) dengan variasi –a
(klitik morfem terikat), bentuk jamak persona ketiga yaitu selapu’a (morfe bebas). Untuk lebih detailnya dibahas dalam makalah
ini pada bab pembahasan.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Bahasa daerah sebagai unsur
kebudayaan nasional telah sangat lama menguasai kehidupan masyarakat kita
dengan menempatkan diri pada posisi yang sangat strategis sebagai alat
komunikasi sosial dan sarana pendidikan serta sebagai sarana pendukung
kebudayaan daerah yang tetap hidup berdampingan dengan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional.
Secara garis besar, bahasa dapat
dilihat dari tiga sudut padang, antara lain: sudut pandang bentuk dan sudut
pandang makna (Martinet, 1981: 23). Bentuk bahasa berhubungan dengan keadaannya
dalam mendukung perannya sebagai sarana komunikasi untuk berbagai kepentingan
komunikasi pemakai bahasa dan hubungannya dengan aspek nilai dan aspek makna
adalah perannya yang terkandung dalam bentuk bahasa yang fungsinya sebagai alat
komunikasi, ketiga unsur tersebut secara keseluruhan dimiliki oleh semua bahasa
di dunia. (Desaurre dalam Verhaar, 1980: 116). termasuk juga bahasa Sasak yang
dipergunakan oleh masyarakat Sasak yang mendiami pulau Lombok dari sisi dialek.
Djelenge (1999: 12) membagi bahasa Sasak dalam empat kategori dialek yaitu :
dialek ngeno-ngene (dialek
Selaparang), dialek meno-mene (dialek
Pejanggik), meriak-meriku (dialek
Pujut) dan dialek kuto-kute (dialek
Petung Bayan).
Ahli lain, Stiff (1995: VII) membedakan
bahasa Sasak yang digunakan oleh masyarakat Lombok dalam lima kelompok yaitu:
dialek ngeno-ngene, dialek meno-mene, dialek kuto-kute, dialek ngeto-ngete,
dan dialek meriak-meriku. Dalam hal
penyebaran masing-masing dialek memiliki daerah/wilayah penyebaran sendiri,
seperti dialek ngeno-ngene banyak dipakai oleh masyarakat Lombok Timur dan
sebagian Lombok Barat. Dialek meno-mene banyak dipakai oleh masyarakat Lombok
Tengah dan sekitarnya, disamping daerah Lombok Timur bagian selatan. Dialek
meriak-meriku banyak dipakai oleh masyarakat Lombok Tengah bagian selatan dan
sedikit di Lombok Timur. Terakhir dialek ngeto-ngete banyak dipakai oleh
masyarakat Lombok Barat bagian utara dan beberapa tempat di Lombok Timur.
Secara dialektogis, satu dialek
dengan dialek lainnya dalam bahasa Sasak tidak menampakkan perbedaan yang
terlalu signifikan. Kesamaan tersebut berhubungan dengan struktur bunyi
(fonologis), kaidah pembentukan kata (morfologis), struktur frosa, klausa dan
kalimat (sintaksis) serta makna dasar kata (semantik). Kenyataan ini sesuai
dengan pernyataan Mahsun (1995: 45) bahwa dalam dialektologi diakronis
digambarkan tentang hubungan antara dialek dengan sub dialek dengan bahasa
induk yang memerankannya serta keterkaitannya antara dialek atau sub dialek
yang satu dengan yang lain yang pernah terjalin kontak.
Bahasa Sasak sudah menjadi
pengantar umum dalam masyarakat untuk berbagai kepentingan masyarakat Sasak,
terutama untuk kepentingan non formal. Bahkan tidak jarang bahasa Sasak
digunakan sebagai bahasa sanding dalam pengajaran bahasa Indonesia, terutama di
sekolah dasar kelas rendah.
Selain itu keberadaan bahasa Sasak
juga sudah dijadikan materi pembelajaran muatan lokal di Sekolah Dasar. Dari
segi itiulah dapat dikatakan bahwa bahasa Sasak sudah memenuhi syarat
keilmiahan untuk dijadikan bahan kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan
kebahasaan.
Masalah yang dipilih dalam
penelitian ini yaitu Morfosintaksis, aspek dialek yang dipilih yaitu Bentuk
Pronomina Persona dalam Bahasa Sasak Dialek ngeno-ngene
di desa aikmel, Mengapa dipilih Desa
Aikmel? Berhubungan dengan tempat tinggal tidak terlalu jauh atau bertetangga
dengan Desa Aikmel tempat penulis meneliti. Dengan kata lain, bahwa masyarakat
pengguna bahasa Sasak dialek ngeno-ngene, berjarak tidak terlalu jauh dengan
tempat tinggal peneliti, sehingga akan mempermudah penelitian ini.
Selain itu bentuk pronomina persona
bahasa sasak aikmel juga terdengar agak berbeda dengan bahasa sasak
dialek-dialek yang lainnya sehingga peneliti berminat untuk mengkajinya lebih
jauh.
2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini yaitu :
1.
Bagaimanakah bentuk pronomina persona
dalam bahasa sasak dialek ngeno-ngene di
desa aikmel?.
2.
Bagaimanakah struktur morfem pronomina
persona dalam bahasa sasak dialek ngeno-ngene
di desa aikmel?.
3. Tujuan Penelitian
Penelitian yang berjudul “ Identifikasi Bentuk
Pronomina Persona dalam
Bahasa Sasak Dialek ngeno-ngene di Desa Aikmel “ ini memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut :
a.
Mengidentifikasi bentuk-bentuk pronomina
persona dalam bahasa sasak dialek ngeno-ngene
di desa aikmel.
b.
Mengidentifikasi struktur morfem
pronomina persona dalam bahasa sasak dialek ngeno-ngene
di desa aikmel.
4. Manfaat Penelitian
Dari
hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis
maupun praktis.
-
Secara teoritis
Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu bahasa.
-
Secara Praktis
Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi yang berminat mendalami
dialek bahasa Sasak ngeno-ngene di
desa Aikmel. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
pedoman dalam pembelajaran, khususnya bahasa Sasak dialek ngeno-ngene yang digunakan oleh masyarakat Aikmel untuk SD/MI,
SLTP/MTs.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
1. Pengertian Pronomina Persona
Pronomina Persona
adalah pronomina yang
dipakai untuk mengacu
pada orang. Pronomina persona
dapat mengacu pada
diri sendiri (pronomina
persona pertama), mengacu pada
orang yang diajak
bicara (pronomina persona
kedua), atau mengacu
pada orang yang dibicarakan (pronomina
persona ketiga). Diantara
pronomina itu, ada
yang mengacu pada jumlah satu atau lebih dari satu. Ada
bentuk yang bersifat eklusif, inklusif, dan netral. Berikut ini adalah
pronomina persona yang disajikan dalam bagan.
Persona
|
Makna
|
|||
Tunggal
|
Jamak
|
|||
Netral
|
eksklusif
|
Inklusif
|
||
Pertama
|
Saya, aku, ku-, -ku
|
|
Kami
|
kita
|
Kedua
|
Engkau, kamu, anda,
dikau, kau-, mu
|
Kalian, kamu sekalian,
anda sekalian
|
|
|
Ketiga
|
Ia, dia, beliau,
-nya
|
Mereka
|
|
|
Sebagian pronomina
bahasa indonesia memiliki
lebih dari dua
wujud. Hal ini disebabkan oleh
budaya bangsa kita
yang sangat memperhatikan
hubungan sosial antarmanusia. Tata
krama dalam kehidupan
bermasyarakat kita menuntut
adanya aturan yang serasi
dan sesuai dengan
martabat masing-masing. Pada
umumnya ada tiga
parameter yang dipakai sebagai
ukuran: (1) umur, (2) status sosial, (3) keakraban.
Dengan gambaran
di atas, pemakaian
pronomina sangatlah penting
karena pemakaian yang salah dapat
menimbulkan hal yang mengganggu keserasian pemakaian yang
salah dapat menimbulkan hal yang
menggangu keserasian pergaulan.
Berikut adalah gambaran
mengenai berbagai pronomina persona.
1.
Persona Pertama
Persona
pertama tunggal bahasa indonesia adalah saya, aku, dan daku. Ketiga bentuk itu
adalah bentuk baku, tetapi mempunyai tempat pemakaian yang agak berbeda. Persona pertama
aku lebih banyak
dipakai dalam pembicaraan
batin dan dalam situasi
yang tidak formal
dan yang lebih
banya menunjukan keakraban antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca.
Olek karena itu, bentuk ini sering ditemukan dalam cerita,puisi, dan
percakapan sehari-hari. Persona
pertama daku umumnya dipakai dalam karya sastra.
Pronomina
persona aku mempunyai variasi bentuk,
yakni -ku dan ku-. Bentuk klitika -ku dipakai, antara lain, dalam konstruksi
pemilikan dan dalam tulisan dilekatkan pada kata yang di depannya: kawan – kawanku; sepeda – sepedaku;
anak-anak – anak anaku. Dalam hal ini bentuk utuh aku tidak dipakai: *kawan aku, *sepeda aku, *anak-anak aku.
Demikian pula bentuk daku tidak
dipakai untuk maksud itu.
Berbeda
dengan aku, bentuk
saya dapat dipakai
untuk menyatakan hubungan pemilikan
dan diletakan dibelakang nomina yang dimilikinya: dapat dipakai bersama dengan preposisi.
Akan tetapi, tiap preposisi mensyaratkan pronomina tertentu yang dapat dipakai.
Bentuk
terikat ku- sama sekali berbeda pemakaiannya dengan -ku. Pertama-tama, ku- dilekatkan
pada kata yang terletak dibelakangnya. Kedua, kata yang terletak di belakang ku- adalah verba. Dalam nada yang puitis, ku-
kadang-kadang dipakai sebagai bentuk bebas.
Di samping
persona pertama tunggal,
bahasa indonesia juga
mengenal persona pertama jamak.
Kita mengenal dua
macam pronomina persona
pertama jamak, yakni kami dan kita. Kami bersifat eksklusif;
artinya pronomina itu mencakupi pembicaraan /penulisan dan orang
lain dipihaknya, tetapi
tidak mencakupi orang
lain dipihak pendengar /pembacanya. Sebaliknya, kita
/bersifat inklusif; artinya, pronomina itu mencakupi tidak saja pembicaraan /penulisan,
tetapi juga pendengar/
pembaca, dan mungkin
pula pihak lain. Dengan demikian kedua kalimat berikut
mempunyai pengertian yang berbeda.
-
Kami
akan
berangkat pukul enam pagi.
-
Kita akan berangkat pukul enam pagi.
Persona pertama
jamak tidak mempunyai
variasi bentuk. Untuk
menyatakan hubungan
pemilikan, atau dalam
pemakaiannya dengan preposisi,
bentuknya tetap sama: rumah
kami, masalah kita, kepada kami utntuk kita.
2. Persona Kedua
Persona kedua
tunggal mempunyai beberapa
wujud, yakni engkau, kamu,
anda, dikau, kau- dan mu. Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya.
a. Persona kedua engkau, kamu, dan -mu dipakai
oleh:
1)
Orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan baik dan lama, seperti pada contoh berikut :
-
Kamu sudah bekerja, ‘kan?
-
Pukul berapa kamu berangkat
kesekolah, Nak?
2)
Orang yang status sosialnya lebih tinggi, seperti pada contoh berikut.
-
Apakah hasil rapat kemarin sudah kamu ketik, lisa?
- Mengapa engkau
kemarin tidak masuk?
3)
Orang yang mempunyai
hubungan akrab,tanpa memandang
umur atau status sosial. (dalam hal-hal
tertrntu situasi percakapan
ikut berperran pula.)
perhatikan contoh berikut :
- Kapan kerbaumu akan kamu carikan rumput?
-
Baru jadi kepala seksisebulan, kenapa
rambutmu sudah berubah?
Dalam
bahasa takformal, ada orang yang menyingkat
engkau menjadi kau seperti pada kalimat kau ikut, tidak?
b.
Persona kedua anda
dimaksudkan untuk menetralkan hubungan, seperti halnya kata you dalam bahasa inggris. Meskipun kata itu
telah banyak dipakai, struktur serta nilai budaya kita masih membatasi
pemakaian pronomina itu, pada saat ini pronomina Anda dipakai:
1.
Dalam hubungan takpribadi sehingga anda
tidak diarahkan pada satu orang khusus. Seperti contoh berikut :
a.
Sebentar lagi kita akan mengudara; anda kami mohon mengenakan sabuk
pengaman.
2.
Dalam hubungan bersemuka, tetapi
pembicara tidak ingin bersikap terlalu formal ataupun terlalu akrab. Seperti
contoh :
-
Anda sekarang tinggal dimana?
-
Apa anda sudah mendengar berita itu?
Persona
kedua mempunyai bentuk jamak (1) kalian,
(2) persona kedua ditambah dengan kata sekalian: anda sekalian
atau kamu sekalian.
Persona
kedua yang memiliki variasi hanyalah engkau
dan kamu. Bentuk terikat itu
masing-masing adalah kau- dan –mu dan keduanya merupakan bentuk
klitika.
3. Persona ketiga
Macam persona ketiga : (1) Ia,
dia atau –nya (2) beliau.Meskipun ia dan dia dalam
banyak hal berfungsi sama, ada kendala tertentu yang
dimiliki masing-masing. Dalam posisi sebagai
subjek, atau di depan verba, ia
dan dia sama-sama dipakai.
Akan tetapi, jika befungsi sebagai objek, atau terletak di
sebelah kanan dari yang diterangkan, hanya bentuk dia dan –nya yang dapat muncul. Demikian juga dalam kaitanya dengan
preposisi, dia dan –nya dapat dipakai. Perhatikan contoh
berikut:
a. beliau
menyatakan rasa hormat
contoh : Saya rasa beliau akan menerima usulan ini
b. –nya
dipakai untuk
1. mengubah kategori suatu verba menjadi nominal
contoh : datangnya
kapan?
2. subjek dalam kalimat topik-komen
contoh : rumah kami atapnya bocor
3. sebagai penanda ketakrifan
contoh : Kemarin pak ali membeli mobil.
Bannya baru.
2. Pengertian morfem bebas, morfem
terikat dan klitika.
Morfem sebagai
unit bahasa terkecil yang memiliki makna atau fungsi gramatikal dapat dibedakan
menjadi dua jenis:
1.
Morfem bebas (free morphemes)
Morfem
bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata. Artinya morfem
bebas tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya dan dapat
dipisahkan dari bentuk-bentuk ‘bebas’ lainnya di depannya dan di belakangnya.
(Verhaar, 1996:97). Menurut Katamba (1994:41) yang termasuk ke dalam morfem
bebas adalah lexical morphemes seperti nomina, verba, adjektiva, preposisi atau
adverbial, yang memiliki makna secara penuh, dan function words, yang
mengandung informasi gramatikal atau hubungan logis dalam suatu kalimat
seperti: artikel, demonstrativa, pronominal, dan konjungsi.
2.
Morfem terikat (bound morphemes)
Berbeda dengan
morfem bebas, morfem terikat tidak dapat berdiri sendiri dan harus menempel
pada morfem lainnya. Yang termasuk ke dalam morfem terikat salah satunya adalah
afiks (Imbuhan).
3.
Klitik
Terdapat beberapa linguis yang telah
mencoba untuk memeberikan definisi terhadap klitik. Salah satunya adalah Bauer.
Bauer (1988: 99) berpendapat bahwa klitik adalah bentuk kontraksi suatu kata
dengan keberadaannya yang independent. Bentuk-bentuk seperti ‘ve, ‘d, ‘s, dan
‘ll sebagai bentuk kontraksi dari have, had, has, dan will adalah contoh-contoh
klitik dalam bahasa Inggris.
Berbeda dengan Bauer yang mengatakan
bahwa klitik adalah kata, Katamba mendefinisikan klitik sebagai kelas yang
berbeda dari morfem terikat yang ditambahkan pada kata-kata yang independent
karena aturan yang dimotivasi secara sintaksis. Klitik tersebut kemudian
melekat pada kata-kata yang disebut hosts atau anchors. Jika klitik melekat di
awal host disebut proklitik dan jika melekat di akhir host disebut dengan
enklitik.
Berdasarkan perilaku fonologisnya, klitik merupakan
unsur yang tidak mendapatkan aksen dan bukan berupa bentuk dasar afiks infleksi
maupun afiks derivatif. Klitik tidak mendapatkan aksen baik secara inheren
ataupun proses kontraksi, sehingga klitik harus diinkorporasi dengan struktur
pendamping seperti kata atau frasa yang mendapatkan tekanan, yang disebut
dengan host (Halpern, 2001: 101).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Metode pengumpulan data
1.
Metode simak : peneliti menyimak
pembicaraan dari informan dan data diperoleh dari hasil simakan penggunaan
bahasa dari informan.
2.
Metode cakap : yaitu peneliti terlibat
langsung berdialog dengan informan menggunakan bahasa sasak masing-masing
dialek yang sekiranya bisa dimengerti kedua pihak antara peneliti dan informan.
B.
Metode
analisis data
Metode yang digunakan
dalam menganalisis data yang telah diperoleh dari informan yaitu metode padan
intralingual, yaitu dengan menghubung bandingkan unsur-unsur yang bersifat
lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa ataupun dalam beberapa bahasa
yang berbeda.
C.
Metode penyajian data
Metode
yang digunakan dalam menyajikan data yaitu perumusan dengan menggunakan
kata-kata biasa yang mudah dipahami oleh pembaca, termasuk penggunaan
terminologi bahasa yang bersifat teknis.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Bentuk-bentuk Pronomina Persona
Bahasa Sasak Dialek Ngeno-ngene di Desa Aikmel.
Adapun bentuk-bentuk pronomina
persona bahasa aikmel seperti terlihat dalam bagan berikut :
Persona
|
Makna
|
|||
Tunggal
|
Jamak
|
|||
Netral
|
Eksklusif
|
Inklusif
|
||
Pertama
|
eku, tiang, ku-, -ku
|
|
ite, te-, -te,
|
ite selapuq, selapuqte
|
Kedua
|
ante (lk), kemu (pr),
side (menghormati), mek-, -mek, bi-, -bi, de-, -de
|
selapuqmek (lk),
selapuqbi (pr), selapuqde
|
|
|
Ketiga
|
ya, -a
|
selapu’a
|
|
|
Bentuk
seperti tiang, side berfungsi untuk
lebih menghormati lawan bicara, biasanya ketika berbicara dengan orang yang
lebih tua.
Sedangkan
bentuk ante, kemu berfungsi untuk
membedakan jender ante untuk
laki-laki, dan kemu untuk perempuan.
a. Persona Pertama
Persona pertama tunggal
bahasa sasak aikmel adalah eku dan, tiang,. eku dipakai dalam situasi biasa, misalnya ketika dengan teman
sebaya, atau yang lebih kecil dari kita, atau ketika dengan teman sebaya.
Contoh : - eku ngepe buku ino. (saya punya buku itu/ itu buku saya)
-
eku
lalo
aning bangket (saya
pergi ke sawah )
sedangkan
bentuk tiang dipakai untuk
menghormati lawan bicara yang lebih tua, misalnya guru, orang tua dan lainnya.
Contoh : - tiang ngepe buku ino pak (saya
punya buku ino pak)
-
tiang
lalo aning bangket bu (saya pergi ke
sawah bu)
bentuk eku mempunyai variasi bentuk
ku- dan –ku . bentuk ku- dilekatkan pada kata yang terletak
dibelakangnya. Kata yang terletak dibelakang ku- adalah verba.
Contoh
: - wah kumangan (saya sudah makan)
-
kusembahyang
leq masid (saya shalat di masjid)
sedangkan bentuk –ku dipakai dalam konstruksi kepemilikan dan dalam tulisan
dilekatkan pada kata didepannya.
Contoh : - balengku (rumahku)
-
sepedangku (sepedaku)
-
polpenku (polpenku)
-
naengku
(kakiku)
bentuk klitik –ku akan berubah menjadi –ngku
ketika kata dibelakangnya berakhiran huruf vocal, seperti yang terlihat
pada contoh diatas.
Untuk persona pertama jamak bahasa sasak
aikmel mengenal bentuk ite (ekslusif)
dan ite selapuq atau selapuqte (inklusif).
Contoh : - ite lalo aning bangket (kami pergi kesawah)
-
ite
selapuq mangan leq bale (kita
semua makan di rumah)
-
selapuqte
mangan
leq bale (kita semua makan di
rumah)
variasi dari bentuk ite antara lain te- dan –te. Bentuk te- sama juga seperti bentuk ku-
dilekatkan pada kata didepannya, kata dibelakang te- adalah verba.
Contoh : - wah temangan (kami sudah makan)
-
tesembahyang
leq masjid (kami shalat di
masjid)
bentuk –te sama
juga seperti –ku dipakai untuk konstruksi
pemilikan dan dilekatkan pada kata dibelakangnya.
Contoh
: - balente (rumah kami)
-
sepedante (sepeda kami)
-
naente
(kaki kami)
bentuk –te akan
berubah menjadi –nte ketika kata
didepannya berakhiran huruf vocal, seperti contoh diatas.
b. Persona kedua
Bahasa sasak
aikmel mengenal bentuk persona kedua tunggal ante (lk), kemu (pr), dan
side (untuk menghormati). Biasanya
juga digunakan sebagai kata Tanya.
Contoh : - ante ngumbe? (kamu
ngapain)
-
kemu
ngumbe? (kamu ngapain)
-
side
ngumbe? (anda ngapain)
bentuk
ante mempunyai variasi bentuk –meq , kemu mempunyai variasi bentuk –bi dan side mempunyai variasi bentuk –de.
Variasi bentuk –meq,
-bi, dan –de merupakan klitik yang dipakai dalam konstruksi
pemilikan dan dilekatkan pada kata dibelakangnya.
Contoh : - balemeq (rumahmu) - sepedameq (sepedamu)
-
balembi
(rumahmu) - sepedambi (sepedamu)
-
balenda
(rumah anda) - sepedande (sepeda
anda)
bentuk –bi akan berubah menjadi –mbi
ketika kata dibelakangnya berakhiran huruf vokal, begitu juga dengan bentuk –de akan berubah menjadi –nde ketika kata dibelakangnya
berakhiran huruf vokal, seperti yang tertera pada contoh diatas.
Sedangkan bentuk jamak persona kedua bahasa sasak
aikmel adalah selapuqmeq, selapuqbi, dan
selapuqde.
Contoh : - selapuqmeq
mangan leq bale (kalian
makan di rumah)
- selapuqbi mangan lek bale
-
selapuqde
mangan
lek bale
c. Persona ketiga
Bentuk Persona
ketiga tunggal bahasa sasak aikmel yaitu ya
dan dalam penggunaannya bersifat netral tanpa perbedaan jender ataupun
status sosial.
Contoh : - ya lalo aning bangket (dia
pergi ke sawah)
-
Pak guru ya lalo aning bangket (pak guru dia pergi ke sawah)
-
Desy ya
lalo aning bangket (desy dia pergi
ke sawah)
Bentuk ya
mempunyai variasi bentuk –a , sama seperti variasi bentuk tunggal yang
lainnya bentuk –a juga merupakan
bentuk klitik yang dilekatkan pada kata dibelakangnya, dan menyatakan
konstruksi pemilikan.
Contoh
: - balea (rumahnya)
- motora
(motornya)
- Naea (kakinya) dan lain sebagainya.
Persona ketiga jamak bahasa sasak aikmel mempunyai
bentuk selapu’a yang merupakan
gabungan dari morfem selapuq dan
klitik –a .
Contoh
: - selapu’a lalo aning bangket (mereka pergi ke sawah)
- Selapu’a
mangan leq bale (mereka
makan di rumah).
2. Struktur morfem pronominal persona
bahasa sasak aikmel
a.
Persona
pertama
Untuk persona pertama tunggal,
bentuk eku,tiang dari hasil analisis
bentuk-bentuk pronomina persona diatas termasuk dalam morfem bebas dan
penulisannya pun terpisah.
Contoh : - eku
mangan leq bale (saya
makan di rumah)
- tiang mangan
leq bale (saya makan di
rumah)
Sedangkan variasi bentuk eku yaitu klitik ku- (lekat
kiri) dan –ku (lekat kanan) dari hasil analisis diatas termasuk dalam morfem
terikat. ku- termasuk proklitik
morfem terikat lekat kiri yang diikuti verba.
Contoh : - kumangan (saya makan)
- kulalo
(saya pergi)
- kumandiq
(saya mandi)
Bentuk –ku termasuk
enklitik morfem terikat lekat kiri yang kata dibelakangnya merupakan nomina, -ku dipakai sebagai konstruksi
pemilikan.
Contoh : - motorku (motor
saya)
- Balengku
(rumah saya)
- Sepedangku
(sepeda saya)
Begitu juga dengan bentuk persona pertama jamak,
bentuk ite dan selapuqte termasuk morfem bebas seperti; ite lalo; selapuqte lalo,
penulisan pronomina persona terpisah dengan kata setelahnya. Akan tetapi
variasi bentuk ite yaitu te- dan –te sama seperti variasi bentuk dari eku, termasuk morfem terikat.
te- termasuk proklitik morfem
terikat lekat kiri sepeti: temangan
(kami makan); telalo (kami pergi);
dan –te termasuk enklitik morfem
terikat lekat kanan, seperti : motorte
(motor kami); balente (rumah kami);
sepedante (sepeda kita).
b.
Persona
kedua
Persona kedua
tunggal ante (lk), kemu (pr), dan side (menghormati), bentuk-bentuk tersebut merupakan morfem bebas
yang dapat berdiri sendiri, dan penulisannya harus terpisah dengan kata yang
mengikutinya, seperti : ante lalo; kemu lalo; side lalo.
Akan tetapi
bentuk ante dengan variasi -meq , kemu dengan variasi –bi
dan side dengan variasi –de seperti pada contoh pembahasan
variasi pronominal kedua tunggal diatas , termasuk dalam morfem terikat yang
merupakan enklitik yang dipakai untuk konstruksi pemilikan, seperti : balemeq; balembi; balenda; motormek; motorbi; motorda.
Adapun persona kedua jamak dengan bentuk
selapuqmeq, selapuqbi, dan selapuqde juga merupakan morfem bebas ,
seperti yang terlihat pada contoh pembahasan pronomina persona kedua jamak
diatas, karena bentuk-bentuk tersebut dapat berdiri sendiri dan mempunyai
makna, seperti : selapuqmeq mangan ; selapuqbi mangan ; selapuqde mangan.
c.
Persona
ketiga
Persona ketiga
tunggal bentuk ya juga termasuk
morfem bebas dan terhitung sebagai satu satuan dan penulisannya pun harus
terpisah, seperti persona tunggal yang lainnya.
Contoh : - ya lalo; ya mangan; ya tindoq; dan lain sebagainya.
Variasi bentuk ya yaitu –a termasuk morfem terikat yang merupakan enklitik yang melekat di
kanan kata benda di belakangnya.
Contoh : - balea ; naea ; motora ;dan lain sebagainya.
Persona
ketiga jamak dengan bentuk selapu’a
juga merupakan morfem bebas dengan penulisan juga harus terpisah.
Contoh : - selapu’a lalo ; selapu’a
mangan ; dll.
BAB
V
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk
pronominal persona bahasa sasak dialek ngeno-ngene
di desa aikmel yaitu , persona pertama tunggal dengan bentuk eku, tiang yang keduanya merupakan
morfem bebas yang dapat berdiri sendiri. Bentuk eku mempunyai variasi bentuk ku-
dan –ku, dan keduanya merupakan
morfem terikat yang berupa klitik, ku-
(proklitik) dan –ku (enklitik
pemilikan). Sedangkan persona pertama jamak mempunyai bentuk ite (ekslusif) dan selapuqte (inklusif) keduanya
juga termasuk morfem bebas, ite
dengan variasi te- dan –te yang merupakan morfem terikat sama
aseperti variasi bentuk eku.
Adapun
persona kedua tunggal dengan bentuk ante
(lk), kemu (pr), dan side (menghormati), bentuk ini juga
merupakan morfem bebas. Bentuk-bentuk tersebut mempunyai variasi bentuk ante dengan variasi –mek , kemu dengan
variasi –bi, dan side dengan variasi –de,
yang kesemuanya merupakan morfem terikat (enklitik pemilikan). Persona kedua
jamak dengan bentuk selapuqmek (lk), selapuqbi, dan selapuqde juga merupakan morfem bebas.
Sedangkan
persona ketiga tunggal dengan bentuk ya
juga merupakan morfem bebas, dengan variasi –a
morfem terikat enklitik konstruksi pemilikan. Persona ketiga bentuk jamak yaitu
selapu’a juga merupakan morfem bebas.
Daftar Pustaka
Alwi,
hasan, soenjono dardjowidjojo dkk. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka
Mahsun
.2012. Metode Penelitian Bahasa.
Jakarta : Rajawali Press
Samsuri.1985.
Tata Kalimat Bahasa Indonesia.Jakarta
: PT. Sastera Hudaya
Badudu,
J.S. 1978. Morfologi.Bandung : IKIP
Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar